Dokter Sandi Suwanda, Orang Indonesia yang Sukses Kembangkan Akupunktur di Swiss
Pindah Kewarganegaraan agar Bisa Buka Praktik
Selasa, 12 Oktober 2010 – 12:12 WIB
"Ada filosofi tertentu yang harus dipahami. Misalnya, sakit bone (tulang), tusuk bone. Sakit tendon, tusuk tendon. Sakit belakang, tusuk depan. Sakit atas, tusuk bawah," tuturnya.
Memahami filosofi akupunktur, kata Suwanda, tak kalah penting dari mengenal titik-titik akupunktur. Dengan mengetahui filosofinya, seorang dokter akupunktur medis bisa memahami akupunktur secara menyeluruh. "Saya melihat pemahaman umumnya dokter terhadap akupunktur terlalu dangkal dan praktis. Itu menurut saya masih kurang," tegasnya.
Ketika teknologi akupunktur laser (laserneedle) mulai muncul sepuluh tahun lalu, Suwanda juga meng-up grade kemampuannya. Namun, akupunktur tradisional dengan jarum tidak serta-merta ditinggalkan. Dia pun menggabungkan teknologi akupunktur laser dan jarum.
Untuk akupunktur laser, dia menggunakannya sebagai persiapan bagi ibu melahirkan. Empat minggu sebelum melahirkan, pasien diterapi dengan akupunktur laser. Seminggu sekali ibu-ibu itu menjalani treatment. Hasilnya, proses kelahiran berlangsung hanya 2,5 jam hingga 4 jam. "Sang ibu juga tidak mengalami rasa sakit yang berlebihan," katanya.
Dr Med Univ (A) Sandi Suwanda adalah orang Indonesia yang sukses mengembangkan praktik akupunktur di Eropa. Saat ini, dia memimpin Chinese Medicine
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408