Dokter Stefanus Meninggal karena Bekerja 5 Hari Nonstop? Ternyata…
Tak banyak kata yang keluar dari keluarga terdekat Stefanus. Rasa duka dan kaget atas kabar tak terduga meninggalnya putra tercinta masih terasa kuat.
”Kami keluarga besar Herman Susilo Taofik sedang berduka. Mohon maaf tidak bisa bicara banyak,” kata salah seorang saudara Stefanus. Rencananya, jenazah Stefanus dikebumikan pada Jumat (30/6) di Pemakaman Bintaro, Mataram, pukul 14.20 Wita.
Berdasar informasi dari kalangan keluarga, pada Senin (26/6) sekitar pukul 09.00, Stefanus sempat menghubungi keluarga dan mengaku merasa kelelahan.
Keesokan harinya, Selasa (27/6) pukul 18.33 WIB, Stefanus ditemukan meninggal di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit (RS) Pondok Indah Bintaro Jaya Tangerang Selatan.
Stefanus adalah anak kedua di antara lima bersaudara. Dia menamatkan pendidikan dokternya di Unika Atma Jaya, lalu meraih gelar spesialis anestesi di Universitas Udayana.
Saat ini bapak satu anak berusia dua tahun tersebut juga menjadi konsultan di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).
Sementara itu, kemarin layanan medis di RS Pondok Indah Bintaro Jaya tetap berjalan seperti biasa.
Hanya, kegiatannya cenderung sepi karena masih masa libur Lebaran. Operasi masih berfokus pada layanan kesehatan saja.
Meninggalnya dr Stefanus Taofik SpAn, dokter spesialis anestesi, dikaitkan dengan beban kerja yang terlalu tinggi (overworked). Benarkah demikian?
- Berita Duka, Dokter Tommy Sunartomo Meninggal Akibat Covid-19
- Berita Duka: Dokter Syukriati Meninggal Dunia, Wali Kota Merasa Sangat Kehilangan
- Dokter Patrianev Darwis: Dia Syahid, tetapi Sebenarnya Bisa Dicegah
- Kepakaran yang Hilang Bersama dengan Korban COVID di Indonesia
- 401 Dokter Meninggal Akibat Covid-19, Mohon Semua Tertib Protokol Kesehatan
- 39 Dokter Gigi Meninggal setelah Terpapar Covid-19, Perlu Ada Sistem Zonasi