Dokter Stefanus Meninggal karena Bekerja 5 Hari Nonstop? Ternyata…
Sementara itu, pihak RS Pondok Indah Bintaro Jaya maupun RS Pondok Indah Group belum bersedia dimintai komentar.
Public Relation RS Pondok Indah Group Hestia Amriyani sampai tadi malam tidak bisa dihubungi. Beberapa kali ditelepon, keterangannya dialihkan.
Hingga tadi malam penyebab pasti meninggalnya Stefanus memang masih simpang siur. Namun, belakangan muncul dugaan bahwa Stefanus meninggal gara-gara serangan jantung.
Kabar serangan jantung itu disampaikan Ketua Program Studi SP2 dari Divisi Anestesia Ambulatoria dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran UI dr Arif H.M.
Marsaban SpAn-KAP. Dia menjelaskan bahwa Stefanus tidak bekerja tiga hari atau bahkan lima hari nonstop seperti kabar yang beredar. ”Beliau bekerja 2 x 24 jam,” katanya.
Arif menduga kematian Stefanus akibat serangan penyakit jantung bernama Brugada Syndrome. Penyakit itu merupakan kelainan genetik pada pembuluh darah di koroner.
Dia mengatakan, penyakit genetik tersebut banyak dialami laki-laki. ”Penderita bisa mengalami serangan jantung tiba-tiba saat tidur,” ujarnya.
Kabar Stefanus tidak bekerja lima hari juga disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) dr Andi Wahjumingsih Attas SpAn. Dia mengatakan, meninggalnya Stefanus tidak terkait dengan overdosis jam kerja.
Meninggalnya dr Stefanus Taofik SpAn, dokter spesialis anestesi, dikaitkan dengan beban kerja yang terlalu tinggi (overworked). Benarkah demikian?
- Berita Duka, Dokter Tommy Sunartomo Meninggal Akibat Covid-19
- Berita Duka: Dokter Syukriati Meninggal Dunia, Wali Kota Merasa Sangat Kehilangan
- Dokter Patrianev Darwis: Dia Syahid, tetapi Sebenarnya Bisa Dicegah
- Kepakaran yang Hilang Bersama dengan Korban COVID di Indonesia
- 401 Dokter Meninggal Akibat Covid-19, Mohon Semua Tertib Protokol Kesehatan
- 39 Dokter Gigi Meninggal setelah Terpapar Covid-19, Perlu Ada Sistem Zonasi