Dokter Tim Harus Full Siaga

Sesuai Standar FIFA, PT LI Belum Bisa Tegas ke Klub

Dokter Tim Harus Full Siaga
Dokter Tim Harus Full Siaga

jpnn.com - BANDUNG - Dokter tim Pelita Bandung Raya (PBR) Ia Kurnia boleh menyebut bahwa meninggalnya Abdoulaye Sekou Camara karena serangan jantung setelah kolaps di tengah latihan memang sudah takdir.

 

Tapi, kematian pemain asal Mali itu seharusnya menjadi pelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan sepak bola di tanah air: begitu penting peran dokter tim dan kelengkapan fasilitas kesehatan.

Camara dinyatakan meninggal karena serangan jantung di Rumah Sakit Halmahera Siaga, Bandung, Sabtu (27/7) pukul 23.48. Sebelum dilarikan ke rumah sakit yang terletak tak jauh dari Stadion Siliwangi, tempat latihan PBR, tersebut, penyerang 27 tahun itu dua kali kolaps.

Dalam latihan tersebut, tak ada dokter tim yang mendampingi, hanya fisioterapis PBR Fortunella Levyana. PBR memang hanya mewajibkan dokter tim mendampingi saat tim bertanding  meskipun kebijakan ini kemudian direvisi setelah kematian Camara.

Fortunella pula yang berusaha memberikan pertolongan pertama kepada Camara yang sejak pertandingan melawan Arema Malang pada 18 Juni sudah mengeluh kepada rekan setimnya, Marwan Sayedeh, bahwa dadanya sakit tiap kali digunakan mengontrol bola.

Dokter Ia menyatakan, checkup kesehatan terhadap Camara yang dilakukan awal bulan ini menunjukkan hasil yang bagus. Karena itu, dia mengaku kaget mendengar kabar kematian Camara. "Ini sudah takdirnya," ucap dia kepada Jawa Pos kemarin.

Tapi, menurut anggota Komite Medis PSSI Sofyan Hasdam, klub profesional idealnya memiliki alat kelengkapan kesehatan yang sesuai dengan standar. Dan yang terpenting, dokter tim harus selalu siaga.

BANDUNG - Dokter tim Pelita Bandung Raya (PBR) Ia Kurnia boleh menyebut bahwa meninggalnya Abdoulaye Sekou Camara karena serangan jantung setelah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News