Dokter Tim Harus Full Siaga

Sesuai Standar FIFA, PT LI Belum Bisa Tegas ke Klub

Dokter Tim Harus Full Siaga
Dokter Tim Harus Full Siaga

"Selalu harus ada tim medis (baik saat pertandingan maupun latihan, Red). Disarankan jangan fisioterapis saja, tapi juga dokter tim," terang dokter spesialis saraf tersebut.

Menurut Sofyan, ketentuan itu sesuai dengan rekomendasi FIFA Medical Congress di Budapest, Hungaria, tahun lalu. Standar FIFA, lanjut Sofyan, masalah kesehatan, terutama penyakit jantung, sangat diperhatikan otoritas tertinggi sepak bola dunia itu.

Namun, kenyataannya, di Indonesia sulit sekali menerapkan standar kesehatan ala FIFA tersebut. Soal dokter tim saja, di tiap klub kebijakannya beda. Terus masalah alat kelengkapan medis yang juga harus stand by untuk mengantisipasi kejadian mendadak yang berkaitan dengan jantung.
 
Alat yang dimaksud adalah alat resusitasi jantung. Alat itu berfungsi sebagai pemacu jika ada pemain yang tiba-tiba jatuh di atas lapangan karena masalah jantung. Peralatan tersebut diharuskan ada karena kejadian seperti yang menimpa Camara tidak bisa diramalkan.

"Memang perhatian khusus terhadap penyakit jantung ada porsi besar saat kongres itu. Karena itu, ada standar kesehatan, bahkan metode latihan juga direkomendasikan FIFA," ujarnya.
 
Tapi, Sofyan mengakui, akan sulit kalau dibebankan kepada klub yang berkompetisi di level profesional Indonesia karena butuh biaya besar. Hanya, jika memang berniat menjadi tim profesional dan memiliki semangat untuk maju, seharusnya hal itu dipenuhi. Di sini dibutuhkan ketegasan regulasi dari operator liga, baik itu PT Liga Indonesia (LI) maupun PT Liga Prima Indonesia Sportindo.  

Selain standar kesehatan tersebut, Sofyan juga menyebut bahwa rekomendasi dari kongres itu adalah perlindungan penuh terhadap pemain. Termasuk jaminan kesehatan dan pengobatan maksimal jika terjadi sesuatu.

Di sisi lain, Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) juga menyorot keterjaminan pemain sesuai dengan standar kontrak FIFA. Bagian legal APPI Meridiansyah menuturkan, minimal harus ada asuransi dan jaminan kesehatan dari klub.

"Intinya, di FIFA, pesepak bola itu cuma ditugasin main bola, nggak perlu ngurus-ngurusin hal lain selain bermain bola dengan baik dan benar," tegasnya.

Selain itu, harus ada jaminan bahwa pemain mendapatkan rasa nyaman dan aman saat memperkuat klub tersebut. Tapi, dalam kenyataannya, tidak semua klub di Indonesia mematuhi aturan itu. Bahkan, ada beberapa klub yang kontraknya sudah sesuai dengan standar, tapi ternyata tidak mengaplikasikannya.

BANDUNG - Dokter tim Pelita Bandung Raya (PBR) Ia Kurnia boleh menyebut bahwa meninggalnya Abdoulaye Sekou Camara karena serangan jantung setelah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News