Doktor Asal Jombang Menangkan Kompetisi Teknologi Militer
Selasa, 26 Agustus 2008 – 08:34 WIB

Dr Subchan
''Saya sangat bersyukur bisa menang,'' kata Subchan yang pernah empat tahun bekerja di IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) sebelum menjadi dosen ITS.
Subchan layak berbangga karena dari 11 tim yang mengikuti lomba ini, hanya enam yang masuk babak final. Dan dari enam ini, Team Stellar menang dan berhak atas penghargaan begengsi RJ Mitchell Trophy. Tropi yang mengambil nama perancang pesawat Spitfire Fighter, pesawat tempur legendaris pada pertempuran Battle of Britain.
Penelitian pertahanan dan keselamatan sipil memang bukan dunia yang asing bagi Subchan. Cranfield University, tempat Subchan sekarang bekerja sebagai peneliti memiliki studi pertahanan. Di sinilah dulu ia menyelesaikan S3 di bidang Guidance and Control (Panduan dan Kendali). ''Berbagai proyek yang saya ikuti hampir semuanya memiliki kaitan dengan pertahanan,'' kata Subchan .
Setelah lulus Phd, dia meneruskan post doctoral pada Departement Informatics and Sensors pada universitas yang sama dengan bidang yang ditekuninya sekarang adalah decision making, data fusion, mission planning and control (bidang pengambilan keputusan, penggabungan data, dan perencenaan misi). Ia mengaku tidak pernah membayangkan dan berencana menjadi peneliti militer. Tapi kuliah S3 di Cranfield University membuatnya menekuni penelitian dan pengembangan teknologi militer. Ia pernah meneliti 'awan yang tercemar nuklir'. Bila semisal ada kebocoran di reaktor nuklir, Subchan membantu menentukan luas wilayah yang tercemar bahan berbahaya. Dari sini bisa ditentunkan warga di wilayah mana yang harus diungsikan karena kebocoran nuklir tersebut. ''Inilah yang membuat saya senang dan menikmati bidang saya. Ada hasil nyata yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,'' kata Subchan yang juga sering menjadi pembicara pada forum pengajian di Swindon dan London.
Untuk masa depan Saturn yang ia kembangkan bersama Team Stellar, ia belum tahu persis kapan selesai dan dipakai oleh kalangan militer. Subchan menjelaskan teknologi yang dipakai sangat kompleks yang tentunya membutuhkan dana yang besar. ''Kalau dananya tersedia mungkin Saturn bisa hadir lebih cepat,'' tandasnya. (*)
Ratusan warga Indonesia menikmati suasana perayaan 17 Agustus di rumah dinas duta besar di London hari minggu lalu. Lontong, sate ayam, nasi uduk
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara