Doktor Irwan
Oleh: Dahlan Iskan
Pertimbangan beliau: saya akan diikutkan konvensi calon presiden. Saya hanya lulusan madrasah aliah –setingkat SMA. Itu beliau anggap kelemahan. Perlu ditutupi. Agar bisa memenangkan konvensi Partai Demokrat.
Saya sendiri punya syarat tambahan untuk mau menerimanya: harus ada ilmuwan yang menyampaikan pidato pertanggungan jawab ilmiah: bahwa saya berhak menerimanya.
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang menampilkan Prof Dr Nur Syam. Beliau yang membuat naskah pertanggungan jawab itu.
Saya awalnya tidak terlalu kenal beliau. Ternyata beliau adalah sekjen Kementerian Agama. Belakangan saya tahu: beliau satu RT dengan saya di Ketintang Surabaya. Beliau adalah guru besar di UIN Sunan Ampel atau UINSA.
Karya ilmiah penelitiannya lebih 20 artikel. Karya bukunya lebih 15 buku. Dia alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya dan Universitas Airlangga untuk master dan doktornya.
Sejak menerima gelar itu saya belum pernah satu kali pun menggunakannya. Saya harus tahu diri. Itu hanya gelar kehormatan. Tidak layak dibawa-bawa ke forum publik, apalagi forum ilmiah.
Saya adalah saya: lulusan Madrasah Aliyah Pesantren Sabilil Muttaqin di desa Takeran, Magetan.
Memang banyak pihak yang menuliskan gelar itu di depan nama saya. Di banyak forum. Saya sering minta agar jangan sebut gelar itu. Sesekali tidak sempat melakukannya.