Doktor Irwan

Oleh: Dahlan Iskan

Doktor Irwan
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Maka saya memahami kalau Pak Irwan Hidayat juga gundah. Saran saya: terima saja. Pak Irwan layak mendapat kehormatan itu. Lebih layak daripada saya.

Kebetulan saya pernah diminta menjadi editor buku mengenai Pak Irwan dan Jamu Sido Muncul. Saya mau.

Saya tertarik pada begitu banyak kiat yang ditemukannya. Itu bukan kiat-kiat biasa. Itu kiat-kiat kelas berat yang untuk menemukannya harus lewat perenungan yang dalam.

Saya pun membaca seluruh isi draf buku itu. Menarik. Lalu mengeditnya. Saya selesaikan itu dalam satu minggu.

Saya sudah lupa itu tahun berapa. Rasanya di masa Covid-19. Lalu saya tunggu-tunggu: kok, tidak ada kabar buku tersebut sudah diterbitkan. Lalu saya tanya mengapa.

"Saya sungkan. Masak sekelas saya menerbitkan buku," jawabnya.

Begitulah Irwan Hidayat. Sangat rendah hati. Sederhana. Termasuk dalam caranya berpakaian. Serba-sungkan. Serba-merendah.

Rupanya dia takut kalau sudah bergelar doktor harus lebih sering pakai dasi dan sepatu mengilap.

Rupanya hati Pak Irwan Hidayat sedang gundah. Dia harus menerima gelar doktor honoris causa. Yang memberikan: Universitas Negeri Semarang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News