Doktor TK

Oleh: Dahlan Iskan

Doktor TK
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Setelah ber-Hari Guru Nasional itu Sutik mengajak suami ke Disway Mojokerto. Lalu diajak bertemu saya.

Mobil sang suami keren: Suzuki Kotrik yang sudah dimodifikasi. Rodanya off road. Tanpa atap. Sang suami memang hobi memodifikasi mobil. Dia punya bengkel sendiri.

Tidak hanya bengkel. Sang suami juga punya panti asuhan anak yatim. Dia juga usaha kuliner: buka warung nasi.

Panti asuhannya terpilih sebagai tempat anak bermasalah hukum (ABH). Yakni anak yang terlibat perkara kriminal, sudah diadili, sudah dijatuhi hukuman.

Karena masih anak-anak mereka tidak dimasukkan penjara. Mereka dimasukkan lembaga pembinaan anak.

Lembaga seperti itu semestinya di bawah Kementerian Sosial. Atau Dinas Sosial. Maka begitu anak divonis sekian tahun atau sekian bulan jaksa membawa anak itu ke Dinas Sosial.

Akan tetapi Dinas Sosial tidak punya fasilitas untuk ditempati narapidana anak-anak. Maka Dinas Sosial mencari lembaga swasta. Ketemu. Milik suami Dr Sutik. Di dekat Pacet, Mojokerto.

"Dapat anggaran berapa?"

Dr Sutik bisa terlihat keren kalau mengajar mahasiswa S-2 di satu universitas. Akan tetapi dia pilih tetap di desa dan mengajar anak TK.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News