Dolar dan Suku Bunga Pengaruhi Properti
jpnn.com - SURABAYA - Pertumbuhan properti tahun ini diprediksi tidak setinggi tahun lalu. Ada berbagai alasan yang menghambat pertumbuhan, seperti tingkat suku bunga, fluktuasi dolar hingga momen politik lima tahun sekali.
Wapresdir PT Intiland Development Tbk (Intiland) Sinarto Dharmawan mengatakan, pertumbuhan properti tahun ini relatif lebih flat dibanding tahun lalu. Sebab, kata dia, banyak faktor yang mempengaruhi pasar properti. Di antaranya suku bunga dan nilai tukar rupiah. "Kalau dolar tidak naik tinggi, begitu juga dengan suku bunga, tentu pasar properti kita bisa bergairah kembali," kata Sinarto, kemarin (16/7).
Sebagaimana diketahui, tertekannya rupiah bisa menaikkan harga properti. Sebab harga bahan bangunan ikut terkerek. Kondisi tersebut diperparah dengan suku bunga yang tinggi yang menyebabkan pasar properti kian lesu. "Tapi sejauh ini, kinerja kami masih tumbuh sepuluh persen dibandingkan tahun lalu," urainya.
Kendati demikian, pihaknya berusaha menggairahkan pasar dengan menggarap proyek baru salah satunya hunian vertikal yang dinilai potensial untuk pasar Surabaya. Apartemen menjadi pilihan lantaran harga tanah yang kian tinggi. "Rencananya apartemen yang kami bangun masih satu area dengan perumahan Graha Famili. Pasarnya besar," terangnya.
Secara terpisah, Direktur PT Ciputra Surya Tbk Sutoto Jacobus berharap pasar properti bisa bergairah kembali pasca pilpres, terutama bila hasil pilpres bisa memenuhi harapan. Kata dia, semua itu bisa memicu masuknya investor asing dan membuat tekanan terhadap rupiah kian mereda.
"Apalagi kalau Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga. Harapan kami suku bunga bisa 5-5,5 persen. Ditambah situasi pasar tidak seketat sekarang, tentu itu bisa mendongkrak pasar properti," terang Sutoto.
Khususnya pasar di Surabaya, lanjut ia, tidak bakal menunjukkan perkembangan signifikan. Sebab dari segi lahan terbatas. Kalaupun ada, jauh dari pusat kota, sehingga alternatifnya bangunan vertikal. Sementara untuk landed house atau rumah tapak, pihaknya cenderung memilih luar Jawa.
"Proyek baru kami tersebar di Kendari, Manado dan Jayapura. Semuanya untuk segmen menengah ke atas. Kami optimistis potensi pasar di sana masih tinggi, meski tidak sedikit yang terkena dampak kebijakan pelarangan ekspor minerba dan harga sawit yang turun. Tapi sektor lainnya masih tumbuh, seperti pertanian," jelasnya. (res/mas/agm)
SURABAYA - Pertumbuhan properti tahun ini diprediksi tidak setinggi tahun lalu. Ada berbagai alasan yang menghambat pertumbuhan, seperti tingkat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi