Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama Dalam Sejarah yang Dimakzulkan Dua Kali
Mitch McConnell mengatakan lebih baik jika "Kongres dan pihak eksekutif menggunakan tujuh hari yang ada untuk fokus pada menjalankan pelantikan yang aman dan rapi bagi Pemerintahan Biden".
Pernyataan tersebut menandakan kemungkinan besar bahwa sidang Senat akan diundur sampai setelah Biden dilantik pada tanggal 20 Januari.
Photo: Juru bicara DPR Nancy Pelosi memimpin pemungutan suara untuk memakzulkan Presiden Donald Trump. (AP: J. Scott Applewhite)
Di lain sisi, pemungutan suara di DPR selang satu minggu setelah pendukung setia Trump mengepung Gedung Capitol, hari ini berlangsung dengan sangat cepat.
Setelah pemungutan suara dilakukan, Juru Bicara DPR Nancy Pelosi mengutip presiden Abraham Lincoln dan Alkitab, serta memohon agar politikus partai Demokrat dan Republik memegang sumpah mereka untuk melindungi Konstitusi dari semua musuh, baik asing "atau dalam negeri".
"Ia harus pergi karena bahaya yang jelas dan nyata terhadap bangsa yang kita cintai," ujarnya tentang Trump.
Trump mengutuk kekerasan 'dengan tegas'
DPR Amerika Serikat telah meloloskan satu pasal pemakzulan, yaitu tuduhan resmi atas "hasutan pemberontakan", berdasarkan pidato berapi-api yang disampaikan Donald Trump di hadapan ribuan pendukung, sebelum mereka mengepungan Gedung Capitol.
Dalam pidatonya, Trump berkali-kali menyebut klaim salah hasil pemilu tersebut curang, sehingga mendorong pendukung untuk mengepung Gedung Capitol.
Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan berdasarkan pemberian suara sebanyak, yaitu 232 mengalahkan 197, untuk memakzulkan Presiden Donald Trump kedua kalinya
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan