Dongkrak Nilai Siswa, Nuh Ancam Potong Anggaran Sekolah
Rabu, 06 April 2011 – 04:04 WIB
JAKARTA — Sekolah-sekolah di seluruh Indonesia yang terbukti melakukan kecurangan pada Ujian Nasional (Unas) dengan mendongkrak nilai siswa dengan cara yang tidak wajar terancam kena sanksi. Bentuknya sanksinya adalah pemotongan anggaran di sekolah tersebut.
“Kalau nilai ujian sekolah cenderung selalu lebih tinggi dari Ujian Nasional (Unas) itu berarti ada "kemurahan" dalam penilaian siswa. Berarti ada gap quality. Sekolah itu akan kena "discount". Tetapi kalau hasil UN lebih tinggi dari ujian sekolah, sekolah itu akan dapat insentif,” ungkap Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh di Kantor Kemenko Kesra di Jakarta, Selasa (5/4).
Baca Juga:
Untuk menghadapi potensi kecurangan tersebut, Nuh mengatakan akan melakukan pengawasan dengan ketat. Dijelaskan, nilai ujian akhir sekolah yang dikirim dari sekolah ke kabupaten/kota akan melalui mekanisme khusus. “Nanti akan ada flash disk dan ada print out yang harus ditandatangani. Kemudian, juga akan ada verifikasi di propinsi sebelum dikirim ke pusat,” jelasnya.
Selanjutnya, kata Nuh, sekolah juga harus mengirimkan nilai ujian sekolah siswa dari sekolah ke pemerintah pusat. Sehingga, dengan cara ini pemerintah dapat membandingkan antara nilai ujian sekolah dengan nilai Unas. Menurutnya, jika sekolah dari awal nilainya 10 semua, itu sudah pati tidak masuk akal dan semua itu akan terlihat di profil nilai.
JAKARTA — Sekolah-sekolah di seluruh Indonesia yang terbukti melakukan kecurangan pada Ujian Nasional (Unas) dengan mendongkrak nilai siswa
BERITA TERKAIT
- Mengenal Jurusan Keperawatan, Ini Prospek Karier dan Peluangnya di Masa Depan
- Bea Cukai Membekali Ilmu Kepabeanan Kepada Puluhan Pelajar SMK di Daerah Ini
- Babak Final Spelling Bee Competition Besutan EF Kids & Teens Digelar Minggu Depan
- Puluhan Tahun Digaji Seadanya, Guru Honorer di Jawa Barat Menjerit
- Bantu Siswa di Kaldera Toba, PGTS dan GO Buka Program Bimbel Persiapan Masuk PTN 2025
- Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Nonalam Pandemi