Dorong Moratorium Unas dengan Empat Alasan
Sehingga, tidak mungkin dibuatkan soal ujian dengan indkator yang sama. Kemudian, penyelenggaraan unas dengan indikator sama merupakan bentuk ketidakadilan bagi siswa.
Alasan keempat, sebagian besar guru tidak bangga dengan hasil unas para siswanya. ’’Karena mereka melihat dan mendengar sendiri proses penyebaran kunci jawaban antarsiswa maupun kebocoran soal,’’ ucap Retno.
Berbeda dengan USBN di mana guru lah yang membuat soal sehingga tahu betul kemampuan muridnya. Guru juga tidak akan membiarkan siswa mencurangoi soal yang dia buat.
Berikutnya, dampak dari proses curang itu itu adalah hasil UN yang menggambarkan pemetaan ketidakjujuran.
Bukan pemetaan kualitas pendiikan. Kemudian, sepanjang unas dilaksanakan secara sentral, maka potensi kebocoran dalam perjalanan selalu ada. Unas juga menjadi faktor pendorong banyak pihak untuk tidak jujur.
Hal senada disampaikan pengawas FSGI Itje Chodijah. Dia menjelaskan, pihaknya sudah pernah bertemu dengan perwakilan Asosiasi Pengusaha Indonesia.
Apindo curhat atas minimnya lulusan sekolah menengah yang punya kualifikasi. ’’Kita belum cukup punya tenaga kerja yang terampil,’’ ujarnya.
Sistem yang ada saat ini lebih banyak mengajak siswa untuk menghafal dibandingkan berpikir. Itu merupakan konsekuensi atas adanya unas yang menguji kemampuan anak dalam menghafal. Alhasil, sekolah jarang membebaskan gurun untuk mengajak siswa bepikir.
JAKARTA – Perwakilan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyampaikan hasil kajian mengenai moratorium ujian nasional (unas) kepada
- IGC Perkenalkan Pendidikan Karakter Melalui Program Makanan Bergizi di Sekolah
- Wamen Stella Cristie Dorong Insentif Dosen untuk Penelitian
- Lewat Program ini PMI di Singapura Dipersiapkan Agar Punya Masa Depan Lebih Cerah
- UC & TPS Gelar Kompetisi Kewirausahaan, Sinergi Dunia Akademis dengan Industri
- Kemdiktisaintek Berikan 315 Anugerah Diktisaintek 2024 kepada Pemangku Kepentingan PT
- Kolaborasi Peradi Jakbar dan Universitas Binus Cetak Advokat Berkualitas