Dosa DI's Way
Oleh Dahlan Iskan
Tentu saya pernah ke Temboro. Makan siang gayeng bersama kiai utama (sepuh) dan para ustaz di sana. Saya memang selalu bangga pada Jamaah Tabligh --gerakan ini sangat damai dan mandiri.
Namun kekompakan dan sifat kekeluargaan kelompok ini kini menjadi titik lemahnya. Bukan mereka yang salah, tetapi zaman memang sudah terbalik --seperti digambarkan dalam humor yang beredar luas itu: bersatu kita runtuh!
Saya merasa ikut bersalah: kok tidak mengingatkan itu ke Pemkab Magetan --agar diantisipasi. Padahal saya tahu Desa Temboro itu selalu dipadati puluhan ribu manusia. Hampir sepanjang tahun. Silih berganti. Dari berbagai wilayah Indonesia dan belahan dunia.
Padahal Magetan adalah kampung saya. DI's Way ikut berdosa: sudah terlalu menasional. Sudah lupa pada kulitnya.
Maka statistik Covid-19 Magetan pun tiba-tiba melejit. Nama Magetan menjadi begitu terkenal --untuk yang kurang membanggakan.
Pun barak buruh kasar di Singapura itu. Juga membuat statistik Covid-19 di sana tiba-tiba mengalahkan Indonesia --memburuknya.
Penghuni barak itu umumnya buruh bangunan dari Bangladesh dan India. Kejadian di Singapura itu membuat orang membandingkannya dengan Taiwan. Singapura kalah.
Taiwan juga memiliki ratusan ribu buruh pabrik --dan pembantu rumah tangga. Terbanyak dari Indonesia dan Vietnam. Namun tetap terjaga: hanya satu yang terkena virus: yang dari Indonesia --itu pun sudah sembuh. Ia tercatat sebagai penderita Covid ke-2 di Taiwan.