DPD RI: Mengapa Harus Menunggu Kesediaan Jepang, Shanghai atau Hongkong?
jpnn.com, JAKARTA - Saat melakukan kunjungan kerja atau Reses di Papua Barat, Anggota DPD RI Mervin Sadipun Komber mengkritisi pemerintah pusat yang tidak serius terhadap perkembangan transportasi di timur Indonesia.
“Kenapa harus menunggu kesediaan Jepang, Shanghai atau Hongkong? Bukankah ada Biak dan Jayapura yang juga strategis untuk tempat transit sebelum ke Amerika Serikat,” ujar Mervin Komber, Selasa (25/7).
Menurut Mervin, dulu ada rute penerbangan Jakarta - Biak - Honolulu, AS. Ia mempertanyakan mengapa tidak diaktifkan kembali saja? Kita punya fasilitas Bandara Frans Kasiepo di Biak yang panjang landasannya sudah sangat memadai. “Belum lagi fasilitas penunjang lainnya yang tersedia di sana termasuk potensi pariwisata,” ujar Wakil Ketua Kelompok Fraksi DPD RI di MPR RI ini.
Menurut Senator yang dikenal dengan Julukan Cenderawasih ini, ketika Bandara Biak atau Jayapura dibuka lagi untuk penerbangan internasional maka Indonesia akan memegang peranan strategis dalam penerbangan di kawasan Pasifik.
Alumni UNCEN ini berharap pemerintah membuka lagi jalur penerbangan Internasional di Papua dan tidak perlu menunggu kesediaan negara lainnya karena Biak dan atau Jayapura pasti siap untuk menjadi pintu gerbang di Pasifik.(fri/jpnn)
Saat melakukan kunjungan kerja atau Reses di Papua Barat, Anggota DPD RI Mervin Sadipun Komber mengkritisi pemerintah pusat yang tidak serius terhadap
Redaktur & Reporter : Friederich
- ENTREV Sebut Potensi Kendaraan Listrik Tahun Ini Masih Cerah
- Al Hidayat Samsu: Pemberian Kewenangan Kepada Perguruan Tinggi Mengelola Tambang Akan Membebani Dunia Akademik
- Ketua DPD RI Apresiasi Kebijakan Efisiensi Presiden Prabowo pada Anggaran dan Belanja Pemerintah
- Perihal Kebijakan Opsen Pajak Dalam UU HKPD, Senator DPD RI Lia Istifhama: Prioritaskan Fungsi Ekologi
- Senator Dedi Batubara Hadiri Dialog Publik Kelompok Cipayung Plus Sumut Terkait 100 Hari Kabinet Prabowo
- Tinjau Pembangunan IKN Bersama Pimpinan MPR, Senator NTT Abraham Paul Liyanto: Membanggakan