DPR Desak Pengadaan Pesawat MA-60 Cepat Diusut
Kamis, 12 Mei 2011 – 21:36 WIB
Arif Budimanta juga mengungkap keanehan lainnya dalam tahun 2010 yang terjadi di internal PT Merpati. "Tahun lalu modal pemerintah di PT Merpati tercatat Rp1,34 triliun dan dalam tahun yang sama utang PT Merpati diketahui sekitar Rp3,93 triliun. Ini sebuah kondisi usaha yang sangat tidak kondusif," imbuhnya.
Baca Juga:
Demikian juga halnya dengan kredit yang diberikan oleh Bank Exim China untuk pembiayaan pembelian 15 unit MA-60 senilai 232,443 juta dollar Amerika Serikat dengan suku bunga 2,5 persen tapi pemerintah RI menetapkan pihak PT Merpati dibebani biaya bunga sebesar 3 persen.
"Jadi ada selisih 0,5 persen dari yang semestinya 2,5 persen. Ini salah satu bentuk pelanggaran terhadap undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal 23 Tentang Keuangan Negara. DPR akan terus mengusut selisih suku bunga ini dan kemana duitnya mengalir," ungkap Arif Budimanto.
Di tempat yang sama, mantan anggota DPR FPAN Alvin Lie mengakui keputusan pembelian pesawat MA-60 buatan Cina memang tidak terlepas dari nuansa politis karena awalnya pembelian pesawat MA-60 murni berdasar mekanisme bisnis to bisnis (B to B) beralih menjadi mekanisme G to G.
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR, Arif Budimanta mendesak pihak berwenang untuk mengusut dugaan adanya 'permainan' dalam pembelian 15 unit pesawat
BERITA TERKAIT
- Pamatwil Polda Riau Tinjau Kesiapan Pengamanan Pilkada 2024 di Rokan Hulu
- Ikut Kampanye Luthfi-Yasin, Jokowi: Saya Datang karena Saya Dukung
- Kiai Ma'ruf: PKB Konsisten Memperjuangkan Nilai-Nilai Keberagaman
- Survei TRI, Elektabilitas Paslon Nawaitu Melejit, Bermarwah Membuntuti
- HUT Ke-60 Golkar, Ahmad Irawan Gelorakan Semangat dan Gaya Hidup Sehat
- Survei Voxpol: Warga Depok Sebut Imam-Ririn Cocok Jadi Pemimpin