dr Hasto Ingatkan Ancaman Bonus Demografi Semu di IKN, Warga Lokal Bisa Terlupakan
Pada 2026 nanti, dr. Hasto menilai bahwa Indonesia bisa lepas dari middle income trap apabila kualitas SDM bisa maksimal.
Namun, contoh di Kalimantan Timur sendiri tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah.
Urgensi GDPK
Sejalan dengan hal tersebut, Deputi bidang Pengendalian Penduduk Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng mengatakan pentingnya setiap kepala daerah untuk mengetahui urgensi dalam penyusunan GDPK,
"Terkadang kepala daerah tidak tahu urgensi GDPK yang disusun, sehingga tidak saling support dengan pusat. Padahal ini menjadi bagian penting dalam penyusunan kebijakan di daerah khususnya dalam hal ini pembangunan kependudukan. Apabila bisa sinkron, maka masyarakat akan menikmati hasilnya," kata Boni.
Dia menambahkan setiap kabupaten/kota diminta untuk membuat GDPK lalu dilegalkan melalui Peraturan Daerah atau peraturan bupati/wali kota.
"Baru saja kami meluncurkan blue print kependudukan yang merupakan bagian dari GDPK, untuk updating isu kependudukan yang belum masuk. Misal Ketika ada pemindahan IKN, bagaimana ini berdampak terhadap pilar ke 4 dalam GDPK yaitu pilar penataan persebaran dan pengarahan mobilitas penduduk," terang Boni.
Ketimpangan Gender
Menurut dr. Hasto, untuk mengatasi ancaman bonus demografi semu itu dengan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat lokal di sekitar IKN.
- Fisip UPNVJ Bahas Masa Depan Jakarta setelah Ibu Kota Pindah
- Anak Buah Prabowo Ini Sebut Ibu Kota Negara Masih DKI Jakarta
- Prabowo Lantik Pak Basuki Sebagai Kepala Otorita IKN
- Prabowo Beri Tugas Khusus untuk Basuki Hadimuljono
- Menhum Sebut Jakarta Masih Tetap Ibu Kota Negara, Pindah ke IKN Kapan?
- Iswar Membayangkan Kota Semarang jadi Pusat Pengembangan Ekonomi Jawa, Ini Alasannya