Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (1)

Firasat Rusdi Hamid, Menantunya Masih Hidup

Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (1)
Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (1)

"Beginilah kami hidup, selalu under pressure. Banyak tekanan, baik dari pemerintah maupun media," kata pria yang mengaku bernama Izzul yang ditemui di musala. Dia dengan tegas menanyakan tujuan kedatangan wartawan ke pesantren itu.

Pria 55 tahun yang menolak menyebut nama lengkapnya itu mengakui, hampir semua warga kampung pesantren tertekan atas gencarnya pemberitaan tentang Noordin. Bahkan, kata dia, tak sedikit warga luar yang menyebut bahwa kampung Sungai Tiram itu sebagai kampung teroris. "Ada juga yang bilang ini kampung JI (Jamaah Islamiyah) dan itu menyakitkan," ujarnya.?

Berkembang wacana di kalangan anggota Jamaah Islamiyah, pesantren itu memang cukup masyhur dan disegani. Pesantren itu disebut-sebut sebagai markas penggodokan diri sebelum berjihad di Afghanistan. Memang, pesantren yang letaknya sekitar 35 kilometer dari Kota Johor Bahru ke arah ke timur laut itu semula disiapkan menjadi sarana pematangan para pelajar Islam di Malaysia.

Tak sedikit lulusan Luqmanul Hakim yang mendapat rekomendasi melanjutkan sekolah ke Timur Tengah sekaligus berjihad di Afghanistan dan memperdalam ilmu persenjataan perang.  Sejak ditutup pemerintah, nyaris tak ada aktivitas di Luqmanul Hakim. Pintu gerbangnya dirantai dan dikunci dengan gembok besar. Seluruh santri pun dianjurkan pulang dan segala aktivitas belajar mengajar dihentikan.

Keluarga dan kerabat Noordin M. Top yang tinggal di kompleks Pesantren Luqmanul Hakim, Johor, Malaysia, sudah mendengar berita kematian buron polisi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News