Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (2-Habis)

Sepotong Doa dari Pesantren Luqmanul Hakim

Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (2-Habis)
Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (2-Habis)
Dia kemudian merapikan sejumlah buku yang berjajar di rak musala. Tampak puluhan buku tebal berjajar. Semuanya buku agama. Beberapa di antaranya diberi label dan nomor urut. Buku-buku itu adalah sisa peninggalan tokoh-tokoh most wanted FBI. Termasuk, trio bomber (Muklas, Amrozi, dan Imam Samudra) serta Noordin M. Top.

Sumber Jawa Pos di kepolisian setempat mengatakan, 80 persen referensi Islam di Pesantren Luqmanul Hakim telah di-screening. Bahkan, berbagai dokumen yang tersimpan di pesantren tersebut sudah pada kategori "aman?. "Buku di sini tersisa untuk bacaan keluarga saja, banyak didominasi ensiklopedia," kata seorang warga, sebut saja namanya Abu. Sekarang musala ini hanya dipakai untuk salat," lanjut pria tua itu.

Kata Abu, sebelum pesantren tersebut ditutup pemerintah Malaysia pada 2002, sekitar 300 murid menimba ilmu di situ. Noordin menjadi salah satu tenaga pengajar merangkap anggota dewan tinggi sekolah. Pesantren tersebut semula hanya tempat pengajian yang dirintis sejumlah ulama. Mereka, antara lain, Ustad Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar. Jamaah pengajian yang dirintis pada 1989 itu kemudian berkembang menjadi sekolah formal pada 1992. Noordin diangkat menjadi nadir atau kepala sekolah pada 1999.

Ketika sekolah Luqmanul Hakim dituding sebagai sarang teroris, Polisi Diraja Malaysia mendatangi kompleks itu untuk mencari Noordin. Namun, pria itu telah menghilang. "Polisi tidak menemukan benda-benda berbahaya dan mencurigakan di sekolah itu. Meski begitu, dengan pertimbangan keamanan murid-murid serta pengurus, pihak pengelola menutup sekolah Luqmanul Hakim. Sampai sekarang gedung bekas sekolah dibiarkan kosong," kata Abu.

Simpang siur seputar kabar kematian Noordin M. Top disikapi dengan pasrah oleh keluarga Pesantren Luqmanul Hakim, Johor, Malaysia. Di pesantren itulah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News