Drama Dua Negara di Balik Pembakaran Al-Qur'an

Drama Dua Negara di Balik Pembakaran Al-Qur'an
Demonstran Irak memegang Alquran selama protes di dekat Zona Hijau Baghdad pada hari Sabtu (22/07). (Reuters: Khalid Al-Mousily)

Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen, mengutuk protes itu sebagai tindakan "kebodohan" oleh beberapa individu.

Ia mengatakan kepada di media nasional DR jika menghina agama orang lain adalah "tindakan tercela" yang tidak memiliki tujuan selain untuk "memprovokasi dan menciptakan perpecahan".

Namun, ia juga mencatat bahwa, seperti yang terjadi di Swedia, membakar buku-buku agama bukanlah kejahatan di Denmark.

Kementerian luar negeri Iran mengatakan telah memanggil duta besar Denmark pada hari Jumat untuk memprotes insiden tersebut.

Bisakah pemerintah Swedia turun tangan?

Banyak negara Muslim mendesak pemerintah Swedia untuk menghentikan pengunjuk rasa membakar Al-Quran.

Namun di Swedia, terserah kepada polisi, bukan pemerintah, untuk memutuskan apakah demonstrasi atau pertemuan publik diizinkan.

Kebebasan berbicara dilindungi di bawah konstitusi Swedia, dan polisi perlu menyebutkan alasan khusus untuk menolak izin demonstrasi atau pertemuan publik, seperti risiko keselamatan publik.

Polisi di kota Stockholm melakukan hal itu pada bulan Februari ketika mereka menolak dua permohonan untuk protes pembakaran Al-Quran, dengan mengutip penilaian dari Dinas Keamanan Swedia jika tindakan semacam itu dapat meningkatkan risiko serangan teror terhadap Swedia.

Sudah sepekan hubungan Irak dan Swedia memanas, diwarnai dengan unjuk rasa yang menyerang kantor kedutaan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News