Dramatis! Marinir Amerika Lumpuhkan Penembak di Kereta Prancis
jpnn.com - PRANCIS - Media Prancis menyebutkan pelaku penembakan di sebuah kereta cepat di Prancis Bagian Utara sudah dikenali oleh satuan intelijen setempat. Meski begitu, pelaku menolak berbicara dengan polisi yang menangkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang pria asal Maroko melancarkan tembakan di dalam kereta cepat Thalys di dengat kota Arras. Aksi itu melukai tiga penumpang. Dua penumpang Amerika serikat, satu diantaranya cedera serius, melumpuhkan pemuda 26 tahun itu saat tiba di stasiun Arras.
Aksi itu memantik reaksi dari negara tetangga Prancis, Belgia. Perdana Menteri Belgia Charles Michel menyebutkan aksi itu sebagai serangan teroris.
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Prancis Berbard Cazeneuve pergi ke Arras setelah mendengar aksi penyerangan itu.
"Seperti biasanya saat ada yang kemungkinan dilakukan pleh teroris di lingkungan kita, penanganan terbaik dan paling teliti yang akan digunakan," kara Cazeneuve seperti dilansir dari laman BBC.
Dia menambahkan penyerangan itu terjadi pada jam 17.45 waktu setempat. Ia juga memuji aksi warga negara Amerika yang menghentikan aksi penembakan itu.
"Mereka menunjukkan keberanian yang besar dalam situasi sulit," ujar dia.
Media Prancis menjelaskan, warga Amerika yang menghentikan aksi itu adalah mantan marinir yang mendengar sang penembak mengisi senjata di dalam toilet. Ia kemudian menantang pelaku saat keluar dari toilet.(ray/jpnn)
PRANCIS - Media Prancis menyebutkan pelaku penembakan di sebuah kereta cepat di Prancis Bagian Utara sudah dikenali oleh satuan intelijen setempat.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan