Druze
Oleh Dahlan Iskan
Pun saat saya membaca Surah An-Nas di dinding itu. Saya beri kode. Kedipan mata. Agar saya difoto.
Itulah hasilnya. Lihat fotonya. Saya berdiri di depan kaligrafi. Tidak terlalu sempurna memang. Tapi ok kan? Ia kan memang wartawan dadakan.
Dari dilarang foto menjadi justru dua orang yang mencuri foto. Saya ikut melakukannya. Sayang kalau tidak.
Kuburan ini menarik sekali: banyak cungkupnya. Terbuat dari beton. Seperti kuburan orang Tionghoa. Bentuknya saja yang Arab. Tidak melengkung-melengkung.
Saya pun masuk ke cungkup utama. Makam ulama besarnya. Lepas sepatu. Di terasnya. Seperti ke makam kakek buyut saya: KH Hasan Ulama.
Saya tidak melihat ‘Druze’ di dalam cungkup ini. Nisannya memang besar.
Tapi nisan makam Raden Patah juga besar. Yang di Demak, Jateng itu. Bahkan lebih panjang.
Nisan kakek buyut saya juga besar. Meski hanya seperempat nisan amir Druze ini.