Dua Calon Dirut yang Serba Miripnya
Senin, 06 Mei 2013 – 01:10 WIB
Lalu saya jawab, "Saya khawatir, kalau saya yang memilih, salah satu dari kalian akan kecewa," kata saya."Tidak, Pak. Semua ini demi perusahaan," ujar Tato. "Kami sudah sepakat saling mendukung," ucap Winardi.
Saya pun lega. Saya sempat khawatir, kalau Tato yang terpilih, Winardi akan keluar dari Antam. Begitu juga sebaliknya. Dua orang yang sama hebat memang tidak baik berada dalam satu tim. Tapi, kalau salah satunya harus meninggalkan Antam, BUMN akan sangat kehilangan. Padahal, Antam baru kehilangan satu kader terbaiknya: seorang manajer keuangan yang rencananya dijadikan direktur keuangan, baik oleh Winardi maupun oleh Tato. Manajer itu keburu diambil Pak Jokowi untuk menjadi direktur di perusahaan MRT milik Pemprov DKI.
Dua orang calon Dirut Antam tersebut akhirnya sepakat, siapa pun yang akan terpilih sebagai Dirut, yang tidak terpilih bakal jadi Dirut salah satu anak perusahaan. Biarpun anak, anak perusahaan Antam itu ukurannya segajah bengkak: puluhan triliun bisnisnya. Maklum, usaha tambang itu sangat padat modal.
Apalagi, PT Antam lagi mengembangkan usaha melalui anak perusahaannya yang gajah-gajah: nikel di Buli (Halmahera) yang nilai investasinya sekitar Rp 15 triliun dan aluminium di Kalbar dengan investasi sekitar Rp 5 triliun. Yang di Kalbar, yang akan menghasilkan chemical grade alumina, sudah akan uji produksi akhir tahun ini.
BARU kali ini saya mengalami kesulitan untuk memilih orang: siapa yang akan menjadi direktur utama (Dirut) PT Aneka Tambang (Persero) Tbk menggantikan
BERITA TERKAIT