Dua Kubu Berkonflik di Sudan Sepakati Pembagian Kekuasaan
jpnn.com - Koalisi oposisi utama serta dewan militer berkuasa Sudan pada Sabtu menandatangani perjanjian akhir mengenai pembagian kekuasaan.
Perjanjian itu membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan peralihan setelah pemimpin negara itu yang lama berkuasa, Omar al-Bashir, digulingkan.
Stabilitas di Sudan, negara yang selama ini terbelenggu krisis ekonomi, dianggap sangat penting bagi kawasan bergolak, yang bergelut menghadapi konflik dan pemberontakan dari Tanduk Afrika hingga ke Mesir dan Libya.
Dewan Militer Peralihan (TMC) telah menjalankan kekuasaan di Sudan sejak April, yaitu ketika militer menggulingkan Bashir.
Bashir terguling dari kursi kekuasaan setelah gelombang unjuk rasa berlangsung selama berbulan-bulan untuk menentang kepemimpinannya. Puluhan pengunjuk rasa tewas pada masa-masa protes tersebut.
Bashir saat ini diburu atas kejahatan perang di Darfur, Sudan, oleh Mahkamah Pidana Internasional dan sedang menunggu untuk disidangkan atas dakwaan korupsi.
BACA JUGA: Sudan Memanas, Dua Pemimpin Oposisi Ditangkap Aparat
TMC dan koalisi oposisi utama, yang dikenal sebagai Kekuatan Kebebasan dan Perubahan (FFC), telah selama berbulan-bulan merundingkan pembagian kekuasaan.
Koalisi oposisi utama serta dewan militer berkuasa Sudan pada Sabtu menandatangani perjanjian akhir mengenai pembagian kekuasaan.
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Bantuan Indonesia untuk Palestina dan Sudan Bentuk Diplomasi Kemanusiaan
- Sudah 5 Juta Orang Mengungsi Akibat Konflik di Sudan
- Ribuan Mayat Membusuk di Jalanan Sudan, Picu Bencana Kesehatan
- Utusan PBB Sebut Konflik di Sudan Sudah Mengabaikan Norma
- Dubes Sudan Perkirakan Mahasiswa Indonesia Bisa Kembali dalam Beberapa Bulan