Dua Mantan Presiden AS Tembus Korea Utara
Minggu, 29 Agustus 2010 – 13:00 WIB
Tak dimungkiri, kunjungan kedua Carter ke Pyongyang kali ini membangkitkan banyak harapan. Terutama, dalam normalisasi hubungan Korut-AS yang panas-dingin sejak berakhirnya Perang Dingin. Apalagi, politikus senior itu pernah sukses meredam ketegangan Korut-AS pada 1994. Bedanya, saat itu dia menjadi kepanjangan tangan pemerintahan mantan Presiden Bill Clinton. Diam-diam, Carter ditugasi menemui Presiden Korut Kim Il-sung dan mendinginkan amarah Korut yang dipicu masalah nuklir.
Ketika itu, Kim Il-sung mengancam bakal mengusir para pengawas nuklir dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Itu terjadi setelah AS mengutarakan kekhawatirannya bahwa Korut akan memproduksi senjata atom lewat program nuklirnya. AS pun menyiagakan sejumlah pasukan di perbatasan Korea Selatan (Korsel) dan siap berperang dengan Korut. Untung, dalam dialognya dengan Kim Il-sung, Carter berhasil memenangi dukungan untuk berdamai. AS dan Korut lantas meneken kesepakatan Agreed Framework pada tahun yang sama.
Bradley Martin, jurnalis senior harian Boston Globe, menanggapi keberhasilan misi kemanusiaan pribadi Carter dan Clinton itu dengan skeptis. "Ini hanyalah siklus. Seperti perubahan musim. Saat Korut bertindak kelewat batas, AS mengetatkan sanksi. Perdebatan bergulir, mulai sanksi sampai tindakan militer. Tapi, akhirnya AS lebih memilih jalur diplomasi yang berujung pada kesepakatan. Korut pun menyambut baik dan menitipkan sejumlah persyaratan dalam kesepakatan tersebut," jelasnya sebagaimana dilansir surat kabar terbitan Boston itu Jumat lalu (27/8).
Pada dasarnya, lanjut Martin, Korut sulit berubah. Mereka hanya bersiasat dengan AS untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Salah satunya, menukar tawanan asal AS dengan jaminan soal nuklir. Pyongyang berharap, lewat perundingan, mereka bisa berargumen untuk memenangi dukungan masyarakat internasional terkait dengan nuklir. Sejauh ini, hanya Tiongkok yang mendukung alur perundingan nuklir Korut.
MANTAN Presiden Jimmy Carter kembali mengukir prestasi dalam hubungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut). Jumat lalu (27/8) tokoh 85 tahun
BERITA TERKAIT
- Mahasiswa Asing Diminta Kembali ke Amerika Sebelum Pelantikan Donald Trump, Ada Apa?
- 50 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel di Dekat RS Kamal Adwan
- Japan Airlines Tunda 14 Penerbangan Akibat Serangan Siber
- Gencatan Senjata Mandek, Hamas Salahkan Israel
- Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan, 38 Orang Tewas
- Penyelidikan Soal Jatuhnya Pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan Dimulai