Dua Tahun, Hanya Tiga Koran yang Mati
Dikatakannya, pemberitaan yang berimbang, kritik yang membangun dan solutif sangat dibutuhkan.
Apalagi dua tahun ke depan penuh agenda politik. Media cetak diharapkan juga membangun suasana yang kondusif.
”Karya jurnalistik yang makin baik waktu ke waktu. Sikap positif menerima hal yang baru akan terbangun. Dapat menjadi titik sentuh, efek domino dalam perkembangan media massa,” katanya.
Ia mengapresiasi kegiatan anugerah IPMA, InMA, ISPRIMA dan IYRA yang digelar SPS. Diharapkannya dengan adanya kompetisi ini industri media cetak semakin baik.
”Kompetisi ini juga dapat memacu insan pers semakin profesional dalam membantu pemerintah membangun bangsa ini,” ujarnya.
Direktur Eksekutif SPS Pusat Asmono Wikan menyebutkan, tahun ini ajang yang menjadi wahana pemacu lahirnya karya sampul muka atau wajah media cetak, digital dan konten yang kreatif, serta inovatif sejak 2010 itu diikuti 789 entri.
Terdiri dari IPMA (419 entri), InMA (189 entri), IYRA (121 entri), dan ISPRIMA (60 peserta). Menurun tipis dari tahun 2017 yang diikuti 791 entri.
Delapan juri dilibatkan untuk menilai karya-karya peserta. Mereka adalah Asmono Wikan dan Nina Armando untuk aspek komunikasi massa, Danu Kusworo dari Harian Kompas (Aspek Foto), Ika Sastrosoebroto dari Prominent PR (Aspek Ide Kreatif), Meiliana dari BNI (Aspek Pengiklan), Mas Sulistyo dari DM-ID (Aspek Branding), Ndang Sutisna dari First Position Groups (Aspek Ide Kreatif) dan Oscar Motulloh dari Antara (Aspek Foto). Penjurian berlangsung secara marathon 15-18 Januari 2018.