Dubes Dipermalukan, Kemenlu Protes, RI-Brasil Kian Memanas

Dubes Dipermalukan, Kemenlu Protes, RI-Brasil Kian Memanas
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (kiri) dan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel saat menghadiri pelantikan Plt Pimpinan KPK di Istana Negara, Jakarta, Jumat (20/2). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Brasil tampaknya masih menyimpan gumpalan dendam. Usai salah seorang warganya, Marco Archer dieksekusi mati hukum Indonesia, Januari lalu, pemerintahan Brasil mulai menunjukkan rasa tidak suka terhadap pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. 

Terlebih lagi, kini dua warganya dikabarkan kembali akan berhadapan dengan eksekutor hukuman mati di Indonesia karena kasus narkoba. 

Sekarang hubungan dua negara betul-betul memanas. Terbaru, Duta Besar designate Indonesia untuk Brasil, Toto Riyanto dipermalukan di Istana Presiden Brasil, Dilma Rousseff, pada Jumat (20/2) pagi waktu setempat.

Ceritanya begini. Toto sejatinya diundang secara resmi menyampaikan credentials (surat kepercayaan) pada upacara di istana Presiden Brasil pada pukul 9.00 pagi (waktu Brasillia). Namun secara mendadak, penyerahan surat kepercayaan itu ditunda oleh pemerintahan Dilma Rousseff.

"Cara penundaan penyerahan credentials yang dilakukan oleh Menlu Brasil secara tiba-tiba, pada saat Dubes designate RI untuk Brasillia telah berada di Istana Presiden Brasil, merupakan suatu tindakan yang tidak dapat diterima oleh Indonesia," tulis pernyataan resmi kementerian yang dipimpin oleh Menlu Retno Marsudi tersebut, Sabtu (21/2).

Toto Riyanto memang sudah tiba di Istana Presiden Brasil bersama-sama dengan diplomat yang baru ditunjuk dari Venezuela, El Salvador, Panama, Senegal dan Yunani. Namun Toto tidak ikut serta dalam upacara penerimaan surat kepercayaan itu.

Dilaporkan, Presiden Dilma Rousseff mengaitkan sikapnya itu dengan keputusan Indonesia terkait hukuman tegas soal narkoba.

“Kami pikir hal yang penting adalah terjadi perubahan keadaan, sehingga hubungan Indonesia dengan Brasil bisa diperjelas,” kata Rousseff kepada para wartawan, setelah upacara resmi tersebut.

JAKARTA - Brasil tampaknya masih menyimpan gumpalan dendam. Usai salah seorang warganya, Marco Archer dieksekusi mati hukum Indonesia, Januari lalu,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News