Duel Akademi Ajax dan Barcelona

Bertemu sebagai Buah Revolusi Total Football

Duel Akademi Ajax dan Barcelona
ALUMNUS - Rafael van der Vaart (Belanda) dan Cesc Fabregas (Spanyol), dua lulusan dari akademi sepakbola terkemuka di negerinya masing-masing. Foto: FIFA.com.
Bertemunya Spanyol dan Belanda di partai puncak ini pun, tak ubahnya buah dari revolusi total football. Pencetus gaya ini adalah pelatih asal Inggris, Jack Reynolds, yang mengarsiteki Ajax di era 1915-1925, 1928-1940, dan 1945-1947.

Salah satu pemain andalan Reynolds adalah Rinus Michels, yang kemudian memoles gaya total football dengan lebih elegan ketika menjadi pelatih. Strategi Michels itu akhirnya menurun pada salah satu pemainnya, Johan Cruyff. Michels adalah salah satu legenda Ajax yang pernah melatih Ajax Amsterdam dan Barcelona. Sedangkan Cruyff, bahkan mencatatkan dirinya sebagai legenda di kedua klub itu, baik sebagai pemain maupun pelatih.

Saat menjadi pemain Ajax, Cruyff pernah delapan kali mempersembahkan gelar Eredivisie (1966, 1967, 1968, 1970, 1972, 1973, 1982 dan 1983). Sementara, ketika bermain untuk Barcelona, Cruyff mempersembahkan gelar Liga Primera di musim 1974 dan Copa del Rey musim 1978. Nah, sosok Michels dan Cruyff inilah yang berjasa besar menyebarkan "virus" total football ke Ajax Amsterdam dan FC Barcelona.

Sekarang, virus itu mengilhami permainan Spanyol dan dan Belanda. Ketika dipercaya menjadi pelatih Barcelona pada 1988-1996, yang akhirnya mencatatkan dirinya sebagai manajer tersukses dan terlama di Nou Camp (markas Barcelona), Cruyff berhasil membentuk The Dream Team dengan gaya main total football. Belasan trofi bergengsi pun berhasil diraih. Hal sama sebelumnya diterapkan Cruyff saat melatih Ajax Amsterdam (1985-1988).

Duel Spanyol versus Belanda dianggap sebagai final ideal. Sebab, selain menampilkan permainan atraktif sejak babak penyisihan grup, duel keduanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News