Dugaan 'Mark-up' Biaya Transportasi Haji
Sabtu, 21 November 2009 – 07:37 WIB
Tidak itu saja, ARAK pun masih mencatat beberapa kejanggalan pembiayaan lainnya. Di antaranya adalah biaya sablon koper senilai Rp 8.932.000, yang diduga di-mark-up juga, karena ternyata harga satu sablon hanya Rp 5 ribu. Artinya, bila dikalikan jumlah jemaah haji sebanyak 354 orang, berarti jumlah biayanya mustinya hanya Rp 1.770.000.
Baca Juga:
"Begitu juga (dengan) lilit topi jemaah, yang harganya sama yaitu Rp 5 ribu per orang. Sedangkan dalam rincian biaya keberangkatan angkanya dicantumkan Rp 6.352.000," tambah Young, sambil menambahkan pula soal spanduk sebanyak delapan lembar yang diberi tarif Rp 350 ribu per buah, namun nyatanya diketahui merupakan sumbangan dari BNI dan BRI.
"Dalam rincian biaya keberangkatan jemaah haji Bukittinggi ini, jika diamati, masih banyak kejanggalan, karena semua dibebankan kepada jemaah haji. "Kami juga mempertanyakan, di mana bantuan dari Pemko (Bukittinggi) dan bantuan Depag sendiri selaku institusi pelayanan publik," kata Young melontarkan kritiknya.
Di lain pihak, Kakandepag Kota Bukittinggi, M Nasir, yang dihubungi Jumat (20/11) kemarin, membantah adanya dugaan penggelembungan biaya transportasi haji tersebut. Menurutnya, masalah transportasi haji sudah merupakan kesepakatan antara KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) dengan masing-masing calon jemaah.
BUKITTINGGI - Di tengah pelaksanaan ibadah haji tahun ini yang sedang berjalan, sebuah kabar tak sedap muncul dari Sumatera Barat. Tepatnya, melalui
BERITA TERKAIT
- Teruntuk Jenderal Listyo Sigit, Anda Dicap Terlibat Merusak Demokrasi di Indonesia
- Kasus Korupsi di Kemenhub, KPK Menahan 3 Ketua Pokja Proyek DJKA
- Parcok Cawe-Cawe di Pilkada, Deddy PDIP Serukan Copot Jenderal Listyo
- KSAD Jenderal Maruli: Lulusan Seskoad Harus Mampu Mengemban Tugas Masa Depan
- Barang Hasil Penindakan di 3 Wilayah Ini Dimusnahkan Bea Cukai, Berikut Perinciannya
- Terima JAM Intel Kejagung, Mendes Yandri Ingin Perkuat Pengawasan Dana Desa