Duh Siswanto, Kok Memilih Bunuh Diri ketimbang Diamputasi
jpnn.com - BANYUMAS - Amputasi kaki benar-benar menjadi hal menakutkan bagi Siswanto (24), warga Desa Banjarsari Kecamatan Ajibarang, Banyumas. Siswanto yang menderita patah kaki karena kecelakaan justru memilih gantung diri ketimbang bagian tubuhnya diamputasi.
Siswanto ditemukan dalam kondisi tergantung tali sepanjang 1,5 meter pada Kamis (18/8) pukul 09.15 di gudang rumah. Orang yang pertama kali melihatnya dalam kondisi menggantung adalah ibunya, Romlah (65).
Romlah mulanya mencari Siswanto untuk sarapan dengan memanggil-manggil nama putranya. Ternyata Romlah tak mendapat jawaban.
Romlah lantas mendatangi kamar anaknya itu. Tapi kamar itu kosong.
Akhirnya Romlah mencari Siswanto ke setiap ruang di rumah. Perempuan sepuh itu pun terkulai lemas dan langsung berteriak ketika melihat buah hatinya sudah dalam posisi tergantung di gudang.
Ayah korban, Muhdori (65) pun langusng berlari ke gudang setelah mendengar suara teriakan istrinya. Begitu melihat Siswanto sudah menggantung, Muhdori lantas mencari bantuan tetangga untuk menurunkannya.
Setelah tubuh Siswanto berhasil diturunkan, ternyata sudah tidak bernyawa. Menurut Muhdori, anaknya memang depresi ketika kakinya harus diamputasi.
“Sejak jatuh dari sepeda motor, kaki kanan patah dan harus diamputasi. Mungkin karena harus berjalan dengan kruk atau kursi roda, anak saya depresi dengan kondisi seperti itu,” tuturnya.
BANYUMAS - Amputasi kaki benar-benar menjadi hal menakutkan bagi Siswanto (24), warga Desa Banjarsari Kecamatan Ajibarang, Banyumas. Siswanto yang
- Pendaftaran PPPK 2024 Tahap II Pemkot Mataram Dibuka, Ini Pesan Pak Taufik Priyono
- Mendes Yandri Dorong Kolaborasi Pemda dan Pemdes untuk Kemajuan Desa Mandiri
- Pj Gubernur Sumut Apresiasi Antusiasme Masyarakat di Ajang Aquabike 2024
- Bocah Tenggelam di Aliran Bendungan Sukajaya Palembang, Tim SAR Langsung Bergerak
- Calon Bupati Biak Numfor Diduga Melakukan Pencabulan
- Geram Melihat Sampah di TPS Mandala Krida, Menteri LH Panggil Pemkot Yogyakarta