Duka Warga yang Tertembak Peluru Aparat di Pelabuhan Sape
Ditinggal Kekasih karena Kaki Lumpuh
Rabu, 08 Februari 2012 – 22:42 WIB

Ismail Abdullah 55,warga Desa Rato, Kecamatan Lambu, Bima, mengalami banyak luka tembak di dadanya. Bahkan peci yang dikenakannya tertembus peluru petugas saat peristiwa kerusuhan di Pelabuhan Sape 24 Desember 2011. Foto : Boy Slamet/Jawa Pos
Tragedi di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), 24 Desember lalu, menyisakan duka mendalam bagi para korban. Ada yang kehilangan nyawa, ada pula yang kehilangan masa depan.
UMAR WIRAHADI, Bima
SITI Rahma masih berduka. Perempuan 35 tahun itu kehilangan Arif Rahman, 19, keponakan sekaligus anak angkatnya, yang tewas karena peluru polisi dalam insiden di Pelabuhan Sape akhir tahun lalu. Yang menyesakkan, tragedi pilu tersebut terjadi di depan mata Siti. "Dia (Arif Rahman, Red) sudah seperti anak saya sendiri," ungkap perempuan tiga anak itu kepada Jawa Pos, Senin (6/2).
Arif merupakan salah seorang di antara dua korban tewas karena tertembus timah panas polisi dalam tragedi Sape. Sebetulnya, dia tak begitu terlibat dalam aksi penolakan tambang tersebut. Seminggu sebelum kejadian, pemuda tamatan SMA tersebut baru saja pulang dari Timika, Papua. Di sana, dia bekerja sebagai tukang bangunan.
Baca Juga:
Kedatangan Arif di kampung halamannya di Desa Sumi, Kecamatan Lambu, bertepatan dengan situasi yang memanas. Warga di sana meradang setelah Bupati Bima Ferry Zulkarnain mengeluarkan surat keputusan (SK) izin eksplorasi emas.
Tragedi di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), 24 Desember lalu, menyisakan duka mendalam bagi para korban. Ada yang kehilangan nyawa,
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara