Duka Warga yang Tertembak Peluru Aparat di Pelabuhan Sape

Ditinggal Kekasih karena Kaki Lumpuh

Duka Warga yang Tertembak Peluru Aparat di Pelabuhan Sape
Ismail Abdullah 55,warga Desa Rato, Kecamatan Lambu, Bima, mengalami banyak luka tembak di dadanya. Bahkan peci yang dikenakannya tertembus peluru petugas saat peristiwa kerusuhan di Pelabuhan Sape 24 Desember 2011. Foto : Boy Slamet/Jawa Pos
 

Sehari di RSU Kota Bima, kondisi Sahabudin membaik. Namun, tim medis menyerah. Petugas tak bisa mengeluarkan pelor panas yang bersarang di pahanya. Sahabudin pun dirujuk ke RSUD di Mataram.

 

Baru pada hari kedua peluru di paha Sahabudin berhasil dikeluarkan. Ternyata, timah panas itu menembus tulang pahanya. Untuk pemulihan, bungsu di antara dua bersaudara tersebut dirawat hingga 12 hari. Bahkan, untuk meluruskan kembali tulangnya, paha kirinya dibedah dan dipasangi pen atau pelat. "Kata dokter, setahun lagi alat ini baru bisa dilepas," jelasnya.

 

Karena luka itu, Sahabudin tidak bisa berjalan sempurna. Dia harus menggunakan alat bantu. Penderitaan dia belum berakhir. Karena cacat itu, dia gagal menikah. Tunangannya berubah pikiran dan membatalkan rencana pernikahan.

"Padahal, akhir Desember itu kami berencana menikah. Keluarga kami sudah setuju. Apa boleh buat, tiba-tiba nggak jadi," ungkapnya lantas tersenyum.

Tragedi di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), 24 Desember lalu, menyisakan duka mendalam bagi para korban. Ada yang kehilangan nyawa,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News