Duka Warga yang Tertembak Peluru Aparat di Pelabuhan Sape

Ditinggal Kekasih karena Kaki Lumpuh

Duka Warga yang Tertembak Peluru Aparat di Pelabuhan Sape
Ismail Abdullah 55,warga Desa Rato, Kecamatan Lambu, Bima, mengalami banyak luka tembak di dadanya. Bahkan peci yang dikenakannya tertembus peluru petugas saat peristiwa kerusuhan di Pelabuhan Sape 24 Desember 2011. Foto : Boy Slamet/Jawa Pos
 

Cerita duka juga datang dari Ismail Abdullah, 55. Kakek tiga cucu itu diterjang empat peluru. Dua di bagian dada, satu di lengan kanan, dan satu lainnya bersarang di paha. Ismail beruntung karena nyawanya selamat. "Waktu itu saya merasa akan mati. Tapi, ini semua karena pertolongan Tuhan," ujarnya.

 

Dia sama sekali tidak menduga aparat bertindak seperti itu. Pagi itu, pukul 05.30, warga sempat bersalaman dengan polisi. Massa yang waktu itu sekitar 100 orang bersiap pulang ke kampungnya. Namun, suasana berubah tegang.

 

Hal tersebut bermula dari permintaan polisi kepada warga agar menyerahkan senjata tajam (sajam). Namun, warga dengan tegas menolak. Aparat lantas mengepung pelabuhan. Dalam negosiasi, warga bersedia menyerahkan sajam asalkan polisi juga meletakkan senjata. "Saya anggap, dari situlah awal mula meletusnya tembakan," beber Ismail.

 

Selain empat peluru yang bersarang di tubuhnya, peci hitam yang dikenakan Ismail sempat terserempet timah panas. Dia menunjukkan bekas peluru yang menyasar pecinya. Tampak jelas, di bagian luar peci hitam itu terdapat dua bekas bolongan. "Untung tidak menembus kepala saya. Semua ini karena kuasa Allah semata," ungkapnya.

Tragedi di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), 24 Desember lalu, menyisakan duka mendalam bagi para korban. Ada yang kehilangan nyawa,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News