Dukacita bagi Guru, Sahabat dan Cendekiawan Soekarnois: Bung Cornelis Lay
Oleh Hasto Kristiyanto*
Melalui Prof DR Cornelis Lay pula saya memahami keteguhan sikapnya untuk tetap berdiri pada jalan intelektual, sebuah jalur yang menjaga jarak dengan politik, namun menceburkan diri dengan sikap “lepas-bebas” agar tetap bertahan pada objektivitas dan mengawal kebenaran dalam politik.
Apa yang dilakukan Mas Cony ini sejalan dengan sikap intelektual, yang berangkat dari makna ilmu pengetahuan yang digagas Bung Karno untuk diterapkan guna mengabdi pada perjuangan kemanusiaan. Perjuangan politik kemanusiaan inilah yang terus digagas dan ditekuni oleh Mas Cony.
Dengan demikian, penemuannya terhadap Jalan Ketiga Peran Intelektual sebagai Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan tidak terlepas dari dialog panjang dan koneksitas gagasan Bung Karno yang dipraktikkan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri.
Interaksi ilmu pengetahuan dan kekuasaan sebagaimana digagas Mas Cony pernah disampaikan Bung Karno ketika menerima gelar doktor honoris causa ilmu hukum dari Unversitas Gadjah Mada pada 19 September 1951. Ilmu pengetahuan hanya berharga penuh jika dipergunakan untuk mengabdi pada praktik hidupnya manusia, praktik hidupnya bangsa, atau praktik hidupnya kemanusiaa.
Itulah sebabnya mengapa Bung Karno selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal, menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan, sehingga pengetahuan untuk perbuatan dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan amal!
Ilmu dan amal yang digaungkan Bung Karno, dalam praktik politik tidak mudah diimplementasikan. Apalagi ketika selama pemerintahan Orde Baru, dunia akademis sering digunakan untuk melegalisasi kebijakan pemerintah sehingga terjadi “kebekuan” antara dunia akademis dan politik pemerintahan.
Kejernihan Mas Cony terlihat ketika menyintesis pemikiran Bung Karno dengan praktik politik Megawati Soekarnoputri yang berupaya menegakkan prinsip bahwa ilmu pengetahuan dan kekuasaan politik harus berjalan seiring dalam bahasa kemanusiaan.
Ibu Megawati menghadapi praktik-praktik politik kotor, homo homini lupus. Manusia dilihat sebagai serigala bagi sesamanya.
Selamat jalan, Mas Cony. Engkau telah pergi, namun pemikiranmu akan makin bersemi.
- Pramono Dinilai Samarkan Dukungan PDIP dan Megawati karena Faktor Ahok
- Survei Polling Institute: PDI-P Berpotensi Keok di Jabar XI
- DPR Dukung Penuh Menko Polkam Lindungi Pelajar dari Judi Online
- Calon PDIP Kalah di SMS, Yoshua: Efek Maruarar Sirait Pindah ke Gerindra
- Debat Pamungkas, Andika Singgung 3,37 Juta Rakyat Miskin di Jateng
- Hasto PDIP Sebut Kedekatan Anies dengan Pram-Doel Akibat Demokrasi yang Dikebiri