Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari
Rabu, 30 Desember 2009 – 02:02 WIB
Bule Lamno adalah warga keturunan Portugis yang banyak bermukim di wilayah Kuala Lam Besoe dan Kuala Daya, Kecamatan Lamno. Ini kawasan pantai yang menjadi permukiman. Umumnya mereka bekerja sebagai nelayan.
Tentara Portugis mendarat di Pantai Lamno sejak abad ke-14. Mereka hendak menguasai pantai Barat Aceh sebagai wilayah perdagangan. Karena tinggal cukup lama, mereka kemudian menikah dengan warga setempat dan beranak pinak di tempat yang sama.
Di Aceh, penduduk keturunan Portugis itu juga dikenal dengan julukan "si mata biru?. Ini karena mata mereka yang umumnya biru. Di wilayah itu mereka sudah berakulturasi dengan budaya setempat. Mereka juga kawin dengan warga lokal dan memakai nama lokal, sehingga si mata biru semakin banyak dan mudah dijumpai. "Dulu di sekitar sini (Lamno) ada rumah makan, pelayannya ya bule Lamno itu, cantik sekali. Saya sering mengantar tamu kemari," ujar Baharudin, sopir yang mengantar Jawa Pos dari Banda Aceh ke Lamno.
Menurut dia, meski orang kampung, bule Lamno makin cantik bila sudah berdandan dengan busana ala orang-orang kota. Sebelum tsunami, pejabat-pejabat di Banda Aceh yang masih bujang juga banyak yang mempersunting gadis Lamno.
Dulu, kawasan Lamno terkenal dengan penduduknya yang bermata biru, berambut pirang, berkulit putih, dan berhidung mancung. Mereka adalah keturunan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408