Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari
Rabu, 30 Desember 2009 – 02:02 WIB

BULE - Irwandi Puteh, salah seorang keturunan Portugal yang tersisa di Lamno, Aceh Jaya, Minggu (27/12) kemarin saat menjaga tokonya. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos.
Namun, tsunami yang mengempas kawasan itu lima tahun silam membuat segalanya berubah. Penduduk mata biru di kawasan itu makin sulit ditemui.
Menurut Irwandi, sebelum tsunami, warga mata biru di kampungnya, Kuala Lam Besoe, sekitar dua ribu orang. Namun, kini jumlah mereka bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar tewas direnggut gelombang tsunami. "Sebagian lagi juga pindah ke kota lain. Mereka jadi takut tinggal di kawasan pantai," jelas Irwandi.
Menemukan Irwandi sendiri juga lumayan sulit. Awalnya, Jawa Pos mendapatkan informasi bahwa warga "mata biru" tinggal tersisa beberapa orang dan tinggal di kawasan Kuala Daya, Kecamatan Lamno.
Dari Banda Aceh, kawasan itu bisa ditempuh tiga jam perjalanan darat dengan menyusuri pantai Barat Aceh. Akses jalan ke Lamno bisa dikatakan gampang-gampang susah. Jalan raya bantuan pemerintah Amerika Serikat di kawasan itu cukup bagus. Namun, karena melintasi dua wilayah perbukitan, mobil yang melintas harus ekstrahati-hati karena lintasan yang berkelok-kelok. Ceroboh sedikit, kendaraan bisa masuk jurang yang dalamnya sekitar 30 meter dan bisa langsung tercebur ke laut dalam.
Dulu, kawasan Lamno terkenal dengan penduduknya yang bermata biru, berambut pirang, berkulit putih, dan berhidung mancung. Mereka adalah keturunan
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu