Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari

Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari
BULE - Irwandi Puteh, salah seorang keturunan Portugal yang tersisa di Lamno, Aceh Jaya, Minggu (27/12) kemarin saat menjaga tokonya. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos.
Keluarga Jamaludin Puteh tinggal di sebuah rumah bantuan. "Pak Puteh ke sawah, pulangnya nanti menjelang Magrib," jelas Hasnida, sang istri. Hasnida adalah wanita lokal yang dinikaihi pria keturunan Portugis. Karena kedatangan tamu, wanita 44 tahun itu juga berupaya mengontak suaminya melalui ponsel agar mau pulang, namun tak tersambung.

Pascatsunami, kata Hasnida, suaminya yang sebenarnya seorang nelayan enggan melaut. Trauma tampaknya belum pupus dari hidup keluarga itu. Kini Jamaludin Puteh menekuni pekerjaan baru: membajak sawah warga dengan traktor bantuan kecamatan.

Hasnida menceritakan, tsunami banyak mengubah kehidupan keluarganya. Ibu lima anak itu kehilangan tiga buah hatinya. Semua bermata biru dan berambut pirang. Mereka adalah Mela Yunita, Suci Apriliani, dan Mursalim. Kini, Hasnida tinggal memiliki dua putra, yakni Darmadi, yang menjadi ajudan bupati Aceh Jaya, dan Irwandi yang menekuni profesi guru olahraga honorer di sebuah madrasah ibtidaiyah Lamno.

Menurut dia, Mela dan Suci saat tsunami datang, tengah belajar di pesantren, tak jauh dari rumahnya. Kedua putrinya itu hilang diseret gelombang. Sementara, Mursalim ketika itu bersama dirinya lari menyelamatkan diri dengan bergandengan tangan. "Tapi, pegangan tangannya lepas," kata Hasnida.

Dulu, kawasan Lamno terkenal dengan penduduknya yang bermata biru, berambut pirang, berkulit putih, dan berhidung mancung. Mereka adalah keturunan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News