Dulu Ada Dua Ribu, Kini Tinggal Hitungan Jari
Rabu, 30 Desember 2009 – 02:02 WIB
Hasnida bercerita, dua anaknya, Darmadi dan Irwandi, selamat karena saat kejadian berada di Banda Aceh. Ketika itu, keduanya menimba ilmu di ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tersebut. Darmadi kuliah di IAIN Nuruddin Ar-Raniry (tak sampai tamat karena diputus oleh tsunami), sedangkan adiknya, Irwandi, kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala. Saat tsunami datang, keduanya berada di wilayah yang tak diterjang ombak. "Takdir Allah. Semuanya sudah ada yang mengatur," ungkapnya.
Gara-gara bermata biru, saat kuliah, Irwandi kerap disapa bule. "Waktu kuliah dulu musimnya rambut gondrong. Saya panjangkan rambut pirang ini," ucap Irwandi sambil mengelus potongan rambutnya yang kini cepak. Dia terpaksa memangkas rambut karena profesinya sebagai guru. "Masak, jadi guru gondrong, terus pirang," kata Irwandi lantas terbahak.
Panggilan itu, kata dia, tetap melekat hingga sekarang. Saat mengajarkan olahraga, siswa-siswanya juga menyapa dengan panggilan yang sama. "Saya kerap disapa "Pak Bule?. Ya, agar akrab dengan mereka, saya biarkan saja," ungkapnya.
Seusai mengajar, Irwandi memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja di pasar. Pekerjaan ini dia lakoni untuk menambah penghasilan. Maklum, gaji dia sebagai guru honorer tak seberapa. Karena itu, dia memilih menjadi pelayan toko milik sepupunya. Di pasar, panggilan bule juga masih melekat. "Warga bilang, kalau mau beli celana yang bagus, belilah di tokonya bule. Yang dimaksud, ya saya ini," ujarnya promosi.
Dulu, kawasan Lamno terkenal dengan penduduknya yang bermata biru, berambut pirang, berkulit putih, dan berhidung mancung. Mereka adalah keturunan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408