Dulu Bahagia Pegang Senpi, Kini Pegang Cangkul
Selasa, 08 Februari 2011 – 08:08 WIB
Misalnya, Bahagia. Remaja 20 tahun bertubuh kekar itu merupakan salah seorang peserta yang direkomendasikan Fajar Hidayah, sebuah LSM dari Aceh. Bahagia mengaku senang bisa terlibat dalam kegiatan Learning Farm. "Saya dulu dua tahun di hutan pegang senjata. Sekarang di sini pegang cangkul," katanya lantas terkekeh.
Setelah pendidikan di Learning Farm rampung, dia berharap bisa membuka lahan pertanian di Aceh. Apalagi dirinya sudah menguasai ilmu bertani. Namun, Johan menuturkan, Bahagia baru saja mendapat beasiswa untuk kuliah di Malaysia. "Setelah kuliah, baru buka sawah," kata Johan lantas tertawa.
Lain lagi dengan Ambrosius Sobral Lebre. Lelaki yang karib dipanggil Ambro itu merupakan korban konflik Indonesia-Timor Leste. Sejatinya, keluarga Ambro ingin menjadi WNI (warga negara Indonesia) saat referendum pada 1999. Namun, ketika hendak hijrah ke wilayah Indonesia, orang tua Ambro berubah pikiran.
Ambro lantas berpindah ke Indonesia bersama paman yang memiliki 12 anak. "Saya jadi anak ketiga belas," ungkap remaja 22 tahun berambut keriting tersebut lantas terbahak. Bersama sang paman, Ambro kemudian tinggal di Semarang dan mendapat kewarganegaraan Indonesia, meski prosesnya sangat ribet.
Di Cianjur, Jawa Barat, para remaja "rentan" diajari ilmu bertani di lahan khusus. Disebut "rentan" karena mereka tumbuh di lingkungan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408