Dulu Keliling Diskotek Buru Mahasiswi Bispak

Dulu Keliling Diskotek Buru Mahasiswi Bispak
Mahasiswi diperkosa. Ilustrasi Foto: pixabay

            Setelah tahu ”harga” jualnya naik setelah dimuat, model-model bispak –yang sudah naik kelas--  itu yang gantian merengek minta difoto lagi. Istilahnya sudah naik kelas.  ”Ada banyak yang sekarang jadi artis di televisi, saya nggak usah sebut namanya. Nanti malu,” katanya.

            Tasmi menggeluti dunia itu sejak tahun 2000. Selama enam tahun dia berjibaku dengan aneka ragam protes. Berulang kali kantornya yang terletak di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, diteror orang. ”Handphone saya diteror, di –SMS, diancam, tapi saya nggak kapok juga,” katanya.

            Hati nuraninya sulit tersentuh.  ”Memang bagi saya efek terparah dari bisnis ini adalah tumpulnya nurani. Cuek dan tidak lagi perduli dengan orang lain,” ujarnya.  

            Dia juga mengaku tak takut dengan sweeping ormas-ormas keagamaan semcam Front Pembela Islam (FPI).  ”Kami paling tiarap satu minggu habis itu genjot lagi,” katanya.

    Kalau pas apes, dia memang berurusan dengan petugas keamanan. Pada Maret 2003, mislnya, Tasmi dipanggil Polda Metro Jaya sebagai tersangka. Dia diinterogasi di bagian Reserse Umum. Dia dijerat dengan pasal 282 KUHP tentang melanggar kesusilaan di muka umum. Ancaman pidanya satu tahun enam bulan. Tapi, beruntung, kasusnya tak belanjut  ke pengadilan.

            Tersandung masalah dengan polisi tak juga membuat Tasmi kapok. Bahkan, dua tahun berikutnya, oplah tabloidnya kian meningkat. Dia juga punya kenalan seorang oknum petugas yang akan mengkontak kalau bakal ada razia. ”Kami siasati dengan melihat momentum. Kalau bulan puasa, cover-nya kami ganti lebih tertutup dan mengurangi masa terbit,” katanya.

            Kalau sebelumnya repot hunting cari model, setelah Lipstik makin dikenal banyak calon model yang silih berganti minta diorbitkan. Tak jarang mereka merayu fotografer agar bisa tampil di cover depan Lipstik. ”Kebijakan saya setelah pemotretan selesai, ya sudah. Kalau ada affair dengan fotografer itu diluar tanggung jawab kami. Untuk bisnis tabloid panas, biasanya memang fotografernya harus nakal,” katanya.

            Suatu saat, kantornya didatangi seorang ibu setengah baya. Dia memohon-mohon agar anaknya dipotret sebagai model. ”Ditelanjangi saja nggak papa Mbak. Tolong kami benar-benar butuh duit,” ujarnya menirukan ibu itu. Karena tak tega, model itu akhirnya dikontrak.

Bisnis pornografi tak pernah mati. Itulah keyakinan Tasmi Soeryotirto, mantan pimpinan tabloid “panas” yang bertobat. Selain menerbitkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News