Dulu, Sang Jenderal Sering Mandi dan Merenung di Sini
Ya, pada 1942, kala Sekutu masuk ke Morotai, 60 ribu pasukan gabungan Australia, Amerika Serikat, dan Prancis ini menggantungkan keperluan air bersihnya dari Air Kaca. Para prajurit ini mendiami lahan seluas 2 hektar di wilayah Totodoku. Kala itu, daerah ini diketahui memiliki stok air bersih yang terbatas.
”Jadi untuk mandi, masak, dan semua keperluan yang membutuhkan air bersih, prajurit mengambilnya dari Air Kaca,” jelas Syukur.
Bahkan pimpinan mereka, Jenderal Douglas MacArthur, pun diketahui kerap menghabiskan waktunya di Air Kaca. MacArthur yang memilih bermukim di Pulau Zum Zum, 5 kilometer di depan Daruba, sering menumpangi speedboat untuk mendatangi Air Kaca.
Selain mandi, sang jenderal menjadikan kolam berair dingin ini sebagai tempat perenungannya. ”Di Air Kaca, MacArthur disebut-sebut menyusun strategi perangnya melawan Jepang. Waktu itu tempat ini belum dinamai Air Kaca,” tutur Syukur.
Nama Air Kaca baru santer terdengar setelah perang berakhir dan Pasukan Sekutu angkat kaki dari Morotai. Dengan kepergian Sekutu, warga setempat memiliki akses yang luas untuk memanfaatkan mata ait tersebut. Kejernihan airnya membuat orang-orang dapat bercermin di permukaan air.
”Karena itu kemudian kerap disebut Air Kaca. Nama tersebut terbawa hingga sekarang, meski kini airnya tak sejernih dulu lagi karena kurang terurus,” tambah Syukur.
Sayang, meski memiliki nilai sejarah yang tinggi, seperti halnya situs sejarah lainnya di Pulau Morotai, Air Kaca kurang mendapat perhatian pemerintah setempat. Padahal, lokasinya yang dikelilingi ratusan pohon rimbun menjadikan tempat tersebut sempurna untuk peristirahatan.
Saat Sail Indonesia di Morotai (SIM) 2012 silam, Pemkab membangunkan jalan setapak dan tembok di sekitar situs ini. ”Namun setelah itu tidak ada lagi. Padahal saya sudah beberapa kali mengirimkan proposal agar dibangunkan toilet dan tempat peristirahatan untuk pengunjung. Hingga sekarang belum ada respon dari Pemkab,” papar Syukur.
SEBUAH ceruk mata air alami terdapat di Lingkungan Joubela Desa Totodoku, Kabupaten Pulau Morotai. Pada masa Perang Dunia II, mata air ini memiliki
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408