Dulu Seteru, Kini Sekutu: Drama Politik Indonesia Menjelang Pemilu

Dulu Seteru, Kini Sekutu: Drama Politik Indonesia Menjelang Pemilu
Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko berpelukan saat deklarasi relawan Prabu Bersatu di Semarang (18/08). (Foto: Facebook/ Prabowo Subianto)

Akibatnya, sejumlah kader PSI, sebagian bahkan telah berstatus bakal caleg, memilih hengkang.

Setelah Guntur Romli, Dwi Kundoyo, dan Estugraha mundur dari PSI pada awal Agustus, pekan lalu sejumlah kader lainnya menyusul langkah yang sama, yakni M. Afthon Lubbi, Lis Sektiyawanti, Darma Munir, Tulus Borisman, dan Alfonsus Simbolon.

"Kami patah hati kepada sikap DPP PSI yang mulai bermain mata dengan Prabowo Subianto ... kami dari awal memilih PSI karena PSI melalui rembuk nasional, rembuk rakyat sudah mendukung Ganjar Pranowo," ujar bacaleg DPR RI dapil Jawa Tengah, Afthon Lubbi.

Afthon menambahkan, baginya Prabowo mempunyai rekam jejak pelanggaran HAM yang belum selesai dan ia bersimpati pada keluarga korban pelanggaran HAM "yang hingga kini masih mencari keadilan" serta berharap "pemerintah menghukum pelaku penculikan aktivis 98."

Namun PSI sendiri mengaku belum bisa memastikan pilihannya.

"Jadi kompas kami hari ini dalam menentukan dukungan adalah Pak Jokowi. Kapan akan diumumkan? tunggu aja," kata Grace Natalie, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, usai menerima kunjungan Prabowo, 2 Agustus lalu.

Relawan yang berganti pakaian

Politisi, partai politik, bahkan relawan juga bisa berbalik arah.

Salah satu kelompok sukarelawan pendukung Jokowi yang bukan saja habis-habisan di tahun 2014 dan 2019, tapi juga dalam berbagai kesempatan adalah Jokowi Mania atau Joman.

Politisi, partai politik, bahkan relawan juga bisa berbalik arah. Inilah politik Indonesia menjelang pesta demokrasi lima tahunan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News