Dulu Tandus dan Miskin, Kini jadi Desa Percontohan di Asia Tenggara, Keren!

Dulu Tandus dan Miskin, Kini jadi Desa Percontohan di Asia Tenggara, Keren!
Artim Yahya. Foto: ANDRA NUR OKTAVIANI/JAWA POS

Hal yang sama akan dilakukan pada kakao. Nanti ada pengolahan kakao para petani HKm. Setelah itu, hasilnya baru dijual ke luar.

Dinas perkebunan membantu masyarakat dengan teknik pascapanen berupa fermentasi kakao agar hasil panen menjadi lebih bagus.

Fermentasi kakao bisa membantu mengurangi biji kakao yang pecah. ’’Karena biji kakao yang pecah bisa mengurangi harga. Kami sangat butuh sentuhan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan ekonomi dari hasil hutan kami,’’ kata Artim.

Dua puluh tahun lalu, ungkap dia, tidak ada satu pun warga yang berani bermimpi untuk naik haji.

Jangankan naik haji, untuk kebutuhan sehari-hari saja, mereka masih kesulitan. Namun, sekarang tidak lagi.

Dari hasil pertanian itu pula, setidaknya 20 warga Santong, termasuk Artim, sudah bisa menunaikan haji. Beberapa akan menyusul berangkat haji.

Tidak seperti kebanyakan calon jemaah haji yang menabung di bank untuk membayar ongkos naik haji, warga Desa Santong menabung dengan cara mereka sendiri. Cara yang terbilang unik pada era modern sekarang ini.

’’Jadi, uang hasil menjual komoditas hutan kami gunakan untuk membeli sapi. Sapinya nanti terus besar dan beranak. Sapi itu kami jual untuk bayar ongkos naik haji,’’ tutur Artim.

Memandang pepohonan di lahan hutan yang dia kelola, Artim Yahya menarik napas lega. Sonokeling, sengon, dan beberapa jenis pohon lain tumbuh subur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News