Dumbo, Gajah Kebanggaan Warga Surabaya dan Kekhawatiran Setelah Kematiannya

Dumbo, Gajah Kebanggaan Warga Surabaya dan Kekhawatiran Setelah Kematiannya
Dokumentasi - Anggota Komisi B DPRD Surabaya Alfian Limardi saat melihat anak gajah KBS beberapa waktu lalu. (FOTO ANTARA/HO-FPSI Surabaya)

Kabar kematian Dumbo sampai ke telinga Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Anas Karno. Dia mendesak KBS memublikasikan penyebab kematian gajah tersebut.

“Saya minta harus disampaikan terbuka hasil autopsinya,” ucap Anas.

Dia menegaskan KBS bukan milik pihak tertentu. “KBS adalah aset pemkot dan milik warga Kota Surabaya yang sangat dicintai,” tuturnya.

Tenaga Pakar Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Eksotik, dan Aquatik, drh. Wisnu Wardana menyatakan kematian Dumbo merupakan hal mengagetkan.

“Itu (gajah di kebun binatang mati karena EEHV, red) baru pertama kali, bikin kaget. Virusnya berbahaya juga, terutama mematikan bagi anak gajah,” ungkapnya.

Menurutnya, EEHV masuk ke Indonesia pada kurun waktu 2010-2014. Virus itu menyebar di beberapa lembaga konservasi, seperti di Tangkahan (Sumatera Utara) dan Way Kambas (Lampung).

Wisnu mengatakan gajah berusia nol sampai sepuluh tahun rentan terkena EEHV. Dia menyebut virus dengan daya bunuh sangat tinggi itu eksotik.

“Sama kayak Covid-19, pertama kali muncul banyak yang mati, tetapi lama-kelamaan akan banyak yang sembuh juga karena perawatan yang intensif,” ujarnya.

DUMBO adalah gajah kebanggaan KBS. Warga Surabaya pun mencintai gajah sumatra itu. Kematian Dumbo tidak hanya menyisakan duka mendalam, melainkan juga meninggalkan kekhawatiran soal penyebabnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News