Dunia Internasional Sudah Larang BPA, Pakar Polimer Ingatkan Risiko Kesehatan

Lebih lanjut, Prof. Chalid menjelaskan bahwa BPA masih sering ditemukan pada kemasan pangan, seperti galon guna ulang berbahan polikarbonat.
Menurutnya, proses distribusi dan perlakuan kemasan polikarbonat turut berkontribusi terhadap pencemaran BPA ke dalam air minum.
Kemasan yang terpapar suhu tinggi atau sinar matahari, kata Prof. Chalid, dapat meningkatkan risiko peluruhan senyawa BPA ke dalam produk air minum.
Selain suhu, faktor lain yang menambah risiko pencemaran BPA adalah cara perlakuan galon selama proses pengisian ulang.
“Banyak galon polikarbonat masuk ke depot isi ulang dan dicuci dengan deterjen yang tidak sesuai, lalu kembali lagi ke pabrik. Semua ini meningkatkan kemungkinan BPA larut ke dalam air minum yang dikonsumsi masyarakat,” pungkasnya. (jlo/jpnn)
Pakar polimer UI mengatakan bahwa beberapa negara sudah melarang penggunaan Bisphenol A (BPA) pada produk kemasan.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- KKI Temukan 40% Galon Guna Ulang Sudah Berusia di Atas 2 Tahun, Ini Bahayanya
- Riset Terbaru USU Perkuat Deretan Bukti Ilmiah, BPA Tidak Terdeteksi pada AMDK
- Penelitian Terbaru USU: BPA Tak Terdeteksi pada AMDK yang Terpapar Sinar Matahari
- KKI Soroti Ketidakmerataan Distribusi Galon Bebas BPA
- Cuma Indonesia yang Ribut soal Galon Polikarbonat, Eropa & Amerika Santai Saja
- Survei KKI: Konsumen Desak Pelabelan BPA pada Galon Guna Ulang Dipercepat