Durian Tarmidji

Oleh: Dahlan Iskan

Durian Tarmidji
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - BEGITU makan durian kali ini saya tertegun. Setelah membuka durian keempat, saya tersadar. Saya merasa bersalah. Selama ini saya terlalu memuja musangking.

Maka sejak pekan lalu itu, sejak makan durian Pontianak lagi, kesan saya pada durian musangking berubah.

Musangking memang enak sekali –di samping mahal sekali. Tetapi durian Pontianak ini seharusnya mengalahkan musangking.

Baca Juga:

Seenak-enak musangking ya sudah, memang enak. Tetapi ketika membuka musangking kedua, enaknya sama. Buka lagi yang ketiga enaknya masih sama. Pun yang keempat dan seterusnya.

Saya akhirnya tahu: di situ kelemahan musangking. Enaknya monoton.

Bandingkan dengan durian Pontianak ini. Khususnya yang sudah diseleksi oleh pedagang ahli durian ini. Di Jalan Gajah Mada ini.

Baca Juga:

Buka durian pertama enak sekali. Buka yang kedua sangat enak. Buka yang ketiga enak banget. Yang keempat hen enak. Yang kelima enak jiddan.

Enak semua. Tetapi enaknya beda. Tiap buka yang baru rasanya beda. Ini tidak akan terjadi pada musangking. Enak, tetapi itu-itu saja.

Selama ini saya terlalu memuja musangking. Maka sejak pekan lalu itu, sejak makan durian Pontianak lagi, kesan saya pada durian musangking berubah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News