Durian Tarmidji

Oleh: Dahlan Iskan

Durian Tarmidji
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Berarti saya harus meralat ide lama: baiknya rasa durian di Indonesia distandarkan. Seperti di Malaysia. Jangan. Jangan diseragamkan.

Baca Juga:

Musangking memang enak tetapi enak yang tanpa variasi. Berarti, yang diperlukan di Indonesia adalah seleksi. Bukan penyeragaman. Biarlah tetap bervariasi. Asal enak semua.

Yang membuat pembeli durian di Indonesia kecewa adalah: tidak ada kepastian rasa. Membeli durian seperti berjudi. Bisa menang, bisa kalah melulu.

Kadang, pembeli dapat durian hambar. Lain kali dapat yang jalak. Yakni yang sampai biji cokelatnya kelihatan: saking tipisnya dagingnya.

Pontianak di akhir 2022 telah mengubah pikiran saya.

Tentu saya juga mampir ke warung kopi Asiang. Masih juga ramai. Padat. Masih banyak yang berebut berfoto bersama si Asiang yang selalu tidak pakai baju itu.

Saya pun disodori foto lama saya ngopi di situ. Agar ditandatangani. Akan dipajang.

Saya pun bertanya pada Asiang: "Apakah sudah tahu ada anak muda Pontianak menjadi juara dunia?" tanya saya.

Selama ini saya terlalu memuja musangking. Maka sejak pekan lalu itu, sejak makan durian Pontianak lagi, kesan saya pada durian musangking berubah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News