Durian Tarmidji

Oleh: Dahlan Iskan

Durian Tarmidji
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Apakah koran masih ada harapan?" tanyanya.

Saya sedih mendengar pertanyaan itu. Terutama karena saya tidak bisa membantunya lagi seperti dulu. Saya tidak bisa lagi diskusi tentang perusahaan dengan beliau. Juga dengan teman-teman lama di sana.

Saya menyesal tidak ajak beliau ke kantor gubernur. Padahal pagi itu saya bertemu Gubernur Kalbar H. Sutarmidji. Tentu beliau senang kalau bisa ke kantor lamanya. Pak gubernur pun tidak akan keberatan.

Gubernur Sutarmidji ini orang kampus. Ternyata ada orang kampus yang bisa jadi kepala daerah berprestasi.

Sutarmidji begitu lama jadi dosen ilmu hukum di Universitas Tanjungpura. Lalu menjadi calon wali kota Pontianak. Terpilih. Sampai dua kali.

Lihatlah perkembangan kota itu 10 tahun terakhir. Berubah total. Terutama di sepanjang tepian sungai Kapuas. Juga di sepanjang Ahmad Yani yang panjangnya 18 Km.

Memang baru di pusat kota yang pinggiran sungainya dibenahi. Tapi perubahan itu bisa merangsang wali kota berikutnya untuk menambahnya.

Pun Jalan A Yani. Trotoarnya begitu lebar, untuk ukuran Pontianak yang dulu tidak punya trotoar. Penghijauannya juga berhasil. Tamannya indah.

Selama ini saya terlalu memuja musangking. Maka sejak pekan lalu itu, sejak makan durian Pontianak lagi, kesan saya pada durian musangking berubah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News