Duta Petani Milenial Sukses Ekspor Makanan Olahan Cokelat, Sebegini Nilai Omzetnya
Menyikapi persoalan ini, pihaknya kemudian melakukan beberapa terobosan.
“Komoditas kakao ditentukan oleh harga dunia sehingga dengan mengetahui standar dunia maka petani bisa menjual kakao mengikuti standar harga dunia."
"Akan tetapi, pada kenyataanya petani hanya menerima 70 persen dari standar harga kakao dunia akibat panjangnya rantai distribusi,” ucap Kadek.
Menurut Kadek, petani jarang bisa menjual panen cokelat langsung ke pabrik.
Karena itu, Cau Chocolate berperan memutus rantai distribusi tersebut.
Petani kini dapat menjual tanaman cokelatnya ke koperasi petani, lalu masuk ke Cau Chocolate.
"Dengan terpotongnya rantai distribusi maka harga yang diterima petani tidak lagi 70 persen tetapi mencapai 90 persen."
"Saat ini Cau Chocolate disupport oleh 600 orang petani berada di Tabanan dan Jembrana dan 200 di antaranya telah bersertifikasi organik," katanya.
Duta Petani milenial dari Desa Cau, Bali ini sukses ekspor produk makanan olahan dari cokelat, sebegini nilai omzetnya..
- Buka Peluang Pasar UMKM ke Luar Negeri, Bea Cukai Tingkatkan Sinergi Antarinstansi
- Kisah Sukses Nasabah PNM Mekaar, Ekspor Olahan Sisik Ikan ke Berbagai Benua
- Kanwil Bea Cukai Banten Terbitkan Izin Fasilitas KITE untuk PT Polyplex Films Indonesia
- Bagaimana Cara Daftar Brigade Swasembada Pangan? Ini Penjelasan Kepala BPPSDMP Kementan
- Ini Cara Bea Cukai Dorong UMKM Naik Kelas di Pasuruan, Tanjungpinang, dan Jambi
- Lebih dari 32.000 Pengunjung Ramaikan K-Expo Indonesia 2024