Duuh, 54 Pabrik di Bogor Bersiap Gulung Tikar

Duuh, 54 Pabrik di Bogor Bersiap Gulung Tikar
Ilustrasi buruh. Foto: Radar Bekasi

BACA JUGA: Perekonomian Batam Semakin Sulit, 34 Perusahaan Tutup dalam 5 Bulan

Menurutnya, jika tanpa kehatian-hatian pemerintah dalam mengambil kebijakan, salah satunya terkait upah, maka setidaknya 130 ribuan buruh di dua kabupaten tersebut dapat kehilangan pekerjaannya.

“Inilah yang saya maksud dengan dilematika upah minimum di Jawa Barat. Di satu sisi berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, di sisi lain telah mengancam eksistensi industri, terutama industri manufaktur padat karya,” paparnya.

Masalah tersebut menjadi perhatian serius Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Bogor. “Jika sampai itu terjadi, tentu ini catatan tidak hanya kondisi Kabupaten Bogor tapi secara makro terganggu. Tapi kita lihat dulu perusahaan seperti apa yang sampai tutup,” kata Ketua Hipmi Kabupaten Bogor Bambang Pria Kusuma.

Ia mencontohkan, salah satu ritel besar yang tutup karena bukan ekonomi tapi ada perubahan dari konsumen yang biasanya datang ke mal tapi kini memilih belanja secara online.

“Ini secara teknologi salah satu strategi perusahaan dan banyak faktor juga. Artinya, perubahan seperti inilah yang perlu diperhatikan semua pihak,” ucapnya.

Kalau benar ada perusahaan yang tutup, menurut Bambang, maka harus ada intevensi dari pemerintah karena akan berdampak terhadap meningkatnya penggangguran.

“Apakah dari UMR (upah minimum regional) terlalu besar, saya kira masih wajar dan tentunya ini tantangan pemerintah,” katanya. (nal/net/c)

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar memperkirakan, perusahaan bangkrut karena terus naiknya upah pekerja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News